POTENSI EKSTRAK DAUN JATI BELANDA (Guazuma ulmifolia Lam.) SEBAGAI ANTIDIABETES DAN ANTIOKSIDAN: METODE PENGHAMBATAN ENZIM α-GLUKOSIDASE DAN DPPH IN VITRO
Abstract
Diabetes mellitus (DM) adalah suatu penyakit dengan gangguan
metabolisme kronis yang ditandai dengan tingginya kadar glukosa darah akibat
disfungsi insulin. Pada pasien DM, jumlah dan aktivitas enzim α-glukosidase
sebagai pemecah karbohidrat menjadi glukosa mengalami peningkatan. Oleh
karena itu diperlukan jenis antidiabetika untuk menghambat enzim α-glukosidase.
DM yang terjadi berkelanjutan meningkatkan risiko berbagai komplikasi yang
berakibat fatal yaitu terjadinya kerusakan mikrovaskular (retinopati, nefropati, dan
neuropati) dan makrovaskular (penyakit jantung, stroke, dan kerusakan pembuluh
darah). Hal itu disebabkan oleh adanya proses oksidasi sehingga dapat dihambat
dengan antioksidan.
Salah satu tanaman yang dapat dikembangkan potensinya adalah jati
belanda (Guazuma ulmifolia Lam.). Daun jati belanda mengandung flavonoid,
asam fenolat, tanin, steroid atau triterpenoid, dan karotenoid. Berdasarkan
kandungan fenol dan flavonoid jati belanda diharapkan memiliki aktivitas untuk
menghambat enzim α-glukosidase dan juga sebagai antioksidan.
Jenis penelitian ini adalah true experimental laboratories. Sampel daun
jati diambil dari Taman Nasional Meru Betiri. Tahapan penelitian ini yaitu daun
jati belanda dibuat menjadi serbuk simplisia, kemudian dilakukan ekstraksi
dengan maserasi bertingkat dan didapatkan randemen ekstrak n-heksana daun jati
belanda (EHJ), ekstrak etil asetat daun jati belanda (EEJ), dan ekstrak metanol
daun jati belanda (EMJ). Ekstrak jati belanda dilakukan pengujian total fenolik,
total flavonoid, uji aktivitas antidiabetes penghambatan enzim α-glukosidase dan
uji antioksidan DPPH in vitro.
Rendemen ekstrak yang dihasilkan dari proses ekstraksi yaitu ekstrak daun
jati belanda untuk ekstrak n-heksana, etil asetat, dan metanol adalah 1,680 %, 2,343%, dan 5,213%. Hal ini diduga karena senyawa pada daun jati belanda lebih
banyak yang memiliki sifat polar sehingga kelarutannya pada senyawa polar lebih
tinggi daripada semipolar dan nonpolar. Total fenolik ekstrak daun jati belanda
untuk ekstrak n-heksana, etil asetat, dan metanol adalah 29,754 ± 0,452; 445,795
± 0,548; 58,250 ± 0,726 mg GAE/gram ekstrak dan total flavonoid ekstrak daun
jati belanda untuk ekstrak n-heksana, etil asetat, dan metanol adalah 118,379 ±
0,750; 175,04 ± 1,194; 135,615 ± 1,392 mg GAE/gram ekstrak. Total fenolik
ekstrak daun jati belanda meningkat setara dengan peningkatan kepolaran pelarut
yang digunakan dalam ekstraksi. Senyawa flavonoid paling banyak larut pada
pelarut semipolar yaitu flavonoid golongan flavon, flavanon, dan flavonol.
Golongan flavonoid yang memiliki gugus gula menyebabkan larut pada pelarut
polar yaitu metanol. Golongan flavonoid yaitu isoflavon larut pada pelarut
nonpolar yaitu n-heksana.
Uji penghambatan enzim α-glukosidase menunjukkan bahwa ekstrak
metanol daun jati belanda memiliki aktivitas paling tinggi diikuti oleh etil asetat
dan n-heksana dengan nilai IC50 masing-masing adalah 563,724 ± 4,080; 187,5 ±
4,96; 70,985 ± 0,46 μg Ekstrak/mL. Senyawa fenolik yaitu asam kafeat, asam
ferulat dan asam kumarat dan senyawa flavonoid yaitu luteolin diduga dapat
menghambat enzim α-glukosidase Uji peredaman radikal DPPH menunjukkan
bahwa ekstrak metanol daun jati belanda memiliki aktivitas paling tinggi diikuti
oleh etil asetat dan n-heksana dengan nilai IC50 masing-masing adalah 293,694 ±
0,665; 133,018 ± 1,67; 64,897 ± 0,08 μg Ekstrak/mL. Senyawa pada jati belanda
yang diduga berperan terhadap aktivitas antioksidan adalah asam kafeat dan asam
ferulat. Berdasarkan aktivitas antidiabetes penghambatan enzim α-glukosidase dan
antivitas antioksidan peredaman radikal DPPH, maka ekstrak terbaik yang
memiliki aktivitas tersebut adalah ekstrak metanol daun jati belanda.
Collections
- UT-Faculty of Pharmacy [1469]