PEMBERDAYAAN REMAJA PUTUS SEKOLAH DALAM PEMBUATAN BROWNIS SINGKONG DI DESA JATI TAMBAN KECAMATAN WRINGIN KABUPATEN BONDOWOSO
Abstract
Desa Jati Tamban Kecamatan Wringin Kabupaten Bondowoso merupakan salah
satu daerah potensial penghasis singkong di Kabupaten Bondowoso. Kondisi remaja
putus sekolah masih memerlukan perhatian, keterampilan remaja masih rendah,
kesempatan kerja yang tersedia bagi remaja putus sekolah adalah pekerjaan
serabutan, tidak ada organisasi sosial yang menaungi remaja. Kondisi tersebut
memerlukan adanya sebuah program pemberdayaan agar keterampilan remaja
meningkat, yaitu dengan memberikan pelatihan keterampilan pembuatan brownis
singkong. Penelitian ini dilakukan dengan mempertimbangkan: 1) hasil panen
singkong yang melimpah, 2) remaja desa yang masih memerlukan kegiatan
pemberdayaan dan 3) prospek hasil pembuatan brownis cukup menarik.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui proses pelaksanaan dan dampak
kegiatan pelatihan terhadap keterampilan remaja dalam pembuatan brownis singkong
di Desa Jati Tamban Kecamatan Wringin Kabupaten Bondowoso. Pendekatan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian
tindakan (action research). Tempat penelitian ditentukan menggunakan metode
purposive area, yaitu dilaksanakan di Desa Jati Tamban Kecamatan Wringin
Kabupaten Bondowoso. Subjek dalam penelitian ini adalah remaja putus sekolah di
Desa Jati Tamban yang berusia 11-22 tahun, belum menikah, mengganggur, dan yang
bersedia untuk mendapatkan pelatihan pembuatan brownis singkong dalam rangka
peningkatan keterampilan dirinya.
Data dalam penelitian ini diperoleh menggunakan metode wawancara, observasi,
dokumen, angket dan FGD (Focus Group Discussion). Analisis data yang digunakan
adalah metode deskriptif analisis, yaitu dengan menginterpretasikan data yang ada kemudian menyimpulkannya.Penelitian tindakan ini dilaksanakan dalam empat tahap,
yaitu diagnosing, planning action, taking action, dan evaluating action.
Berdasarkan hasil penelitian, kegiatan pelatihan pembuatan brownis singkong
yang dilaksanakan telah berhasil mencapai tujuan, meliputi tujuan pengembangan
pengetahuan, pengembangan keahlian serta pengembangan sikap. Keberhasilan
program pelatihan keterampilan pembuatan brownis singkong termasuk dalam
kategori tinggi. Selain pelaksanaan pelatihan, dilakukan pula upaya pengembangan
untuk kesempurnaan produk yang telah dibuat. Pengembangan dilakukan dengan
memperbaiki mutu, bentuk, dan rasa produk. Hasilnya produk brownis singkong
menjadi lebih variatif dan menarik.
Proses pelaksanaan pemberdayaan remaja dalam pembuatan brownis singkong
meliputi: identifikasi permasalahan remaja, rencana dan persiapan kegiatan,
pelaksanaan pelatihan, serta evaluasi kegiatan pelatihan. Dampak pelaksanaan
pelatihan yaitu: 1) peserta dapat membuat brownis singkong yang sesuai standart, 2)
peserta mampu membuat brownis singkong dengan lebih variatif, 3) peserta telah
termotivasi untuk mau berwirausaha serta memanfaatkan waktu yang dimiliki.