SELF ESTEEM PERILAKU SEKSUAL BERISIKO PADA REMAJA LAKI-LAKI SEKSUAL DENGAN LAKI-LAKI ( LSL) (Studi Kualitatif di Kabupaten Jember)
Abstract
Masa remaja merupakan masa mencari pengalaman sebanyak-banyaknya dan masa mencari jati diri. Salah satu hal yang menarik dan terjadi dalam dunia remaja adalah trend pacaran. Berpacaran pada umumnya dilakukan oleh lawan jenis (laki-laki dan perempuan). Namun, pada tahun belakangan ini terdapat fenomena bahwa berpacaran dilakukan oleh sesama jenis bahkan mengarah kepada perilaku seksual berisiko. Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis. Meningkatnya perilaku seksual berisiko di Indonesia, tidak hanya terbatas pada kelompok heteroseksual, tetapi juga pada kelompok lelaki seksual dengan lelaki (LSL), diantaranya waria penjaja seksual, lelaki penjaja seksual dan gay. Lelaki Seksual dengan Lelaki (LSL) adalah pria yang mengakui dirinya sebagai orang yang biseksual/homoseksual. Kebijakan AIDS Indonesia menyatakan bahwa jumlah LSL di Indonesia hingga tahun 2015 diperkirakan hingga 3 juta jiwa. Di Kabupaten Jember jumlah remaja LSL hingga tahun 2015 telah mencapai kurang lebih 1000 jiwa. Perilaku seksual berisiko tersebut memiliki dampak negatif bagi kesehatan, antara lain munculnya kasus penularan Penyakit Menular Seksual (PMS) serta HIV dan AIDS, bahkan kematian. Dampak dari perilaku seksual berisiko diatas, sudah selayaknya remaja mempunyai kemampuan diri untuk mengendalikan dorongan seksual dan mengontrol perilakunya, sehingga terhindar dari risiko yang berat dan mengancam. Harga diri/ self esteem merupakan aspek kepribadian yang turut andil dalam mengontrol perilaku seksual remaja berpacaran. Self esteem juga akan mempengaruhi remaja dalam mengontrol
perilaku seksual remaja LSL. Remaja yang memiliki harga diri positif diharapkan lebih mampu mengontrol perilaku seksualnya, sehingga terhindar dari risiko yang harus dihadapi. Sebaliknya remaja yang kurang mampu menghargai diri sendiri biasanya akan mengalami kesulitan untuk mengontrol dan mengendalikan diri ketika berada dalam situasi yang penuh rangsangan seksual. Tujuan dari peneltian ini adalah Self Esteem Perilaku Seksual Berisiko pada Remaja Laki-Laki Seksual dengan Laki-Laki (LSL)di Kabupaten Jember. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Sasaran dalam penelitian ini adalah remaja LSL di Kabupaten Jember yang berjumlah tiga orang. Metode pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam dengan panduan wawancara yang terdiri dari tiga fokus penelitian yakni personal, lingkungan, dan perilaku terbuka dari remaja LSL. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor lingkungan merupakan faktor utama yang mempengaruhi informan utama menjadi remaja LSL. Faktor lingkungan terdiri dari adanya pengaruh media sosial seperti facebook dan grindr, pengaruh ajakan teman untuk melakukan hubungan seksual dengan laki-laki, serta adanya pengalaman menyakitkan ketika berpacaran/ menjalin hubungan dengan perempuan. Faktor kedua adalah faktor perilaku yaitu informan utama melakukan hubungan seksual dilakukan pada hotel, kos, maupun di rumah sendiri. Usia awal informan utama menjadi remaja LSL yaitu usia remaja madya yaitu usis 15-18 tahun. Faktor ketiga adalah faktor personal yaitu self esteem yang ada pada diri remaja LSL. Self esteem informan utama dalam penelitian ini adalah self esteem tinggi dan self esteem rendah. Self esteem tinggi ditunjukkan dengan perasaan berharga saat pasangan LSL menggunakan kondom, diterima oleh keluarga yang tidak mengetahui dirinya LSL, serta memiliki kelebihan di bidang akademik. Self esteem yang rendah ditunjukkan dengan ketidak percayaan diri ketika bertemu dengan orang lain, adanya bullying atau olok-olok dari beberapa teman karena sikapnya yang feminin, dan ada ketakutan tidak diterima keluarga apabila mengetahui dirinya seorang LSL. Tiga faktor diatas saling mempengaruhi self esteem remaja LSL terhadap perilaku seksual berisiko.
Collections
- UT-Faculty of Public Health [2227]