dc.description.abstract | Peran guru bimbingan dan konseling terhadap fungsi pencegahan menduduki posisi strategis,
karena dapat membantu berbagai persoalan anak didik tertular HIV&AIDS seperti seks bebas,
penggunaan narkoba suntik, pengunaan tatto dan tindik. Jumlah kasus AIDS umur 15-19 tahun
sebesar 3% di Kabupaten Jember. Guru Bimbingan dan Konseling dituntut mempunyai self
efficacy tinggi, karena individu dengan self efficacy tinggi cenderung menunjukkan perilaku
pencegahan yang baik. Tujuan untuk menganalisis self efficacy, sikap, dan tindakan guru
bimbingan dan konseling dalam upaya pencegahan HIV&AIDS di tingkat SMA sederajat
Kabupaten Jember. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif fenomenologi. Hasil penelitian
ini mengungkapkan bahwa informan mempunyai self efficacy rendah, karena merasa kesulitan,
kurang yakin, mudah menyerah, cukup menguasai materi HIV&AIDS namun kurang baik dalam
mengatur waktu. Sikap informan setuju jika dilakukan pemberian informasi HIV&AIDS pada
anak didik, namun tindakan nyata hal itu masih rendah. Kesimpulan penelitian ini adalah self
efficacy informan rendah dilihat dari aspek level, strength, dan generality. Informan mempunyai
sikap positif, namun tindakan nyata sebagai upaya pencegahan HIV&AIDS pada anak didik
kurang dilakukan | en_US |