dc.description.abstract | Tanaman kopi di Indonesia sebagian besar diusahakan oleh Perkebunan Rakyat (PR) yang mencapai 1.217.506 ha (96,15%), sedangkan Perkebunan Besar Negara (PBN) hanya seluas 22.794 ha (1,84%) dan sisanya Perkebunan Besar Swasta (PBS) seluas 25.935 ha (2,05%) (Anonim, 2010). Kopi yang dihasilkan oleh perkebunan rakyat sebagian besar mutunya tergolong rendah, sehingga masih memerlukan penanganan lebih lanjut agar memenuhi standar ekspor yang berlaku. Rendahnya mutu kopi rakyat tersebut disebabkan antara lain karena faktor budidaya tanaman, pasca panen, kebutuhan ekonomi, dan tingkat pengetahuan petani yang kurang memadai. Berbagai upaya telah dilakukan untuk perbaikan mutu di tingkat petani, namunsampai saat ini belum memberikan hasil seperti yang diharapkan. Hasil survey lapang di daerah perkebunan kopi rakyat dataran tinggi Ijen-Raung, Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur menemukan bahwa beberapa unit pengolahan hasil (UPH) kopi arabika mulai mendapatkan peningkatan nilai tambah ekonomi melalui penerapan penanganan pasca panen dan pengolahan kopi yang dibantu unit-unit mesin pengolahan kopi primer dari Dinas Perkebunan Provinsi Jatim. Meskipun demikian, ada beberapa UPH kopi arabika yang terletak di ketinggian lebih dari 1400 m (dpl), yaitu UPH Pedati Makmur I dan UPH Pedati Makmur II di Kecamatan Sempol, Kabupaten Bondowoso masih menghadapi permasalahan ketersediaan sumber air yang sangat terbatas dan kurang bersih untuk proses pengolahan yang meliputi (1) perendaman kopi gelondong, (2) pengupasan kulit dengan mesin pulper, (3) fermentasi biji kopi basah, (4) pencucian biji fermentasi dengan mesin washer. Sementara itu sumber air yang tersedia adalah : (1) kolam kecil yang merupakan penampung air resapan dari wilayah penduduk yang berada pada wilayah dengan perbedaan ketinggian 30 m dan berjarak 150 m dibawah lokasi UPH, dan (2) sumber mata air murni yang berada pada wilayah dengan perbedaan ketinggian 75 m dan berjarak ± 350 m jauh di bawah lokasi UPH, sehingga membutuhkan tenaga dan fasilitas pendukung yang mudah dioperasionalkan oleh petani kopi untuk kenaikkan air ke lokasi yang diinginkan. Padahal volume air yang dibutuhkan untuk proses pengolahan tersebut adalah + 1000 L/ton kopi gelondong merah. Dalam rangka memenuhi kebutuhan air untuk proses pengolahan kopi arabika, salah satu metode yang dapat dilakukan adalah menaikkan air dari sumber air ke lokasi UPH dengan biaya
yang efisien tetapi menghasilkan debit yang optimal. Optimasi rekayasa unit penyediaan air ini dapat dicapai melalui pemilihan jenis pompa air yang efektif, pemilihan pipa penyaluran air yang dapat memperkecil kehilangan tekanan air, mengoptimalkan dimensi serta posisi tandon air yang sesuai antara kebutuhan dan ketersediaan debit air, dan pemeliharaan jaringan penyedia air yang terpasang. Untuk kegiatan pemeliharaan jaringan penyedia air (water resources and facilities maintenance) telah dilakukan : (1) pengelolaan kebersihan dan pengaturan debit air sumber mata air murni untuk air minum dan pengolahan kopi, (2) pemeliharaan dan perbaikan kinerja pompa air mesin Yanmar dengan kapasitas 750 cc, 12dk/2400 ppm dan mesin Don Fang dengan 16 Hp/2200 ppm, (3) pemeliharan jaringan pipa HDPE dan PVC dari sumber ke tandon
masyarakat, (4) pemeliharaan jaringan kabel listrik 4 x 4 mm sepanjang 300 m, (5) pemeliharaan tandon air volume 1000 - 2500 L, (6) pembentukan kerukunan pengguna air atau himpunan pengguna air minum, dan (7) disain ulang tandon penampung air sumber, (8) pembersihan bak fermentasi, (9) pengaturan kebersihan lingkungan dari sampah masyarakat. Selain itu ada tambahan kegiatan lain berupa : (1) pengembangan pupuk organik, (2) pengelolaan sampah, (3) pengembangan refomon trap, (4) pengembangan pendidikan anak di lingkungan petani kopi Dalam pelaksanaanya, kerjasama sinergis dilakukan untuk pemberdayaan petani dan unit pengolahan hulu kopi dengan pemeliharaan jaringan penyedia air untuk pengolahan kopi agar mendapatkan kopi yang berkualitas. Untuk mendukung kegiatan ini, perlu ada upaya
pemberdayaan yang sinergis dari pihak LPM Universitas Jember (Program KKN PPM), Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (Program Model Kemitraan Bermediasi), dan Dinas Kehutanan dan Perkebunan (Program Penyuluhan Lapangan). | en_US |