IbM KELOMPOK USAHA NATA DE COCO
Date
2016-09-26Author
Hartatik, Sri. Prof. Dr. Ir. M.S.
Avivi, Sholeh. Dr. Ir. M.Si.
Metadata
Show full item recordAbstract
Nata de Coco mulai dikenal dan dikembangkan di Indonesia sejak 1980-an. Sebagai produk olahan dengan bahan baku limbah air kelapa, pembuatan nata de coco mampu meningkatkan nilai ekonomi buah kelapa serta meningkatkan perekonomian masyarakat. Namun demikian, persaingan dengan produk impor serta peningkatan permintaan nata de coco telah mendorong diterapkannya inovasi baru dalam pengolahan nata de coco.
UD Citra Mandiri Margo Mulya di desa Tegal Besar dan UD Mulya Jaya di desa Mangli kecamatan Kaliwates merupakan produsen nata de coco di Jember. UD Citra Mandiri Margo Mulyo selama ini telah mensuplai beberapa perusahaan produsen makanan olahan berbahan baku nata yang tersebar di Jawa timur termasuk didalamnya UD Mulya Jaya. Namun demikian, perusahaan ini masih dikelola secara tradisional.
Semakin berkembangnya areal permukiman, areal sekitar UD CM3 telah berkembang menjadi perumahan modern. Limbah hasil pengolahan nata yang banyak mengandung asam sangat mengganggu dan mencemari lingkungan, sehingga diperlukan upaya keras untuk melakukan inovasi pengolahan nata yang ramah lingkungan. Di sisi lain, kekurangan pasokan bahan baku air kelapa juga menjadi permasalahan pada kontinuitas produksi nata.
UD Citra Mandiri Margo Mulyo merupakan usaha keluarga yang pertama kali mengembangkan produk limbah air kelapa menjadi nata de coco di kabupaten Jember, sementara itu UD Mulya Jaya merupakan usaha keluarga yang bekerja dibidang pengolahan nata de coco mentah menjadi makanan berbahan nata siap saji. Dengan bertempat tinggal di daerah perumahan modern, tentu saja limbah pembuatan nata dapat mengganggu lingkungan. Metode pembuatan nata de coco yang ramah lingkungan sebagai metode inovatif yang dikenal dengan metode daur ulang reproduksi nata de coco menjadi sebuah alternatif pengolahan nata de coco. Metode ini menggunakan bahan baku limbah perendaman nata hasil produksi pengolahan nata de coco. Dengan demikian, kebutuhan masukan bahan baku air kelapa dapat dikurangi. Karena bahan baku yang diperlukan merupakan daur ulang pada proses pembuatan nata de coco sebelumnya, maka penggunaan metode ini dapat menekan pencemaran lingkungan. Inovasi dalam pembuatan nata serta penerapan food grade pada produk hasil olahan diharapkan dapat meningkatkan nilai ekonomi dan mengurangi dampak bagi kerusakan lingkungan. Kegiatan IbM ini dimulai sejak ditandatanganinya kontrak pelaksanaan dengan LPM Universitas Jember. Orientasi dan koordinasi dilakukan beberapa kali dengan mitra agar pelaksanaan kegiatan menjadi lancar. Pada kegiatan ini juga dilakukan pelatihan pembuatan nata de Coco pada beberapa tenaga kontrak di Fakultas Pertanian dan beberapa mahasiswa Program S2 Agronomi untuk memberi bekal lebih setelah lulus terutama bagi mahasiswa asal Timor Leste agar bisa mengembangkan daerah asalnya yang merupakan daerah penghasil kelapa.
Kegiatan diawali dengan sosialisasi pada mitra serta melakukan workshop dan praktek pembuatan nata yang berasal dari air kelapa dan limbah nata. Lembaran nata telah dapat dipanen dan terlihat bahwa nata dengan bahan baku limbah nata memberikan hasil yang tidak terlalu beda. Selama dua bulan, peserta workshop dan mitra melakukan pembuatan nata menggunakan bahan baku limbah perendaman nata. Hasil yang diperoleh cukup signifikan. Pada awal kegiatan, UD CM3 hanya dapat melakukan pembuatan nata dua hari sekali dengan kapasitas produksi 320 kg nata lembaran setiap minggu. Penggunaan bahan baku limbah perendaman nata telah meningkatkan kapasitas produksi menjadi 600 kg nata lembaran setiap minggu. Peningkatan produksi terus dilakukan sehingga permintaan nata yang semakin meningkat dapat dipenuhi.
Kegiatan dengan mitra kedua lebih ditujukan untuk memberi inovasi pada pengolahan produk nata siap saji. Aneka rasa dan kemasan yang baru dapat meningkatkan omset mitra dua kali lipat. Namun demikian, pendampingan pada mitra untuk meningkatkan produksi dan jangkauan pemasaran masih belum berlanjut karena persyaratan dan modal kerja yang terbatas. Peserta workshop telah mulai mengembangkan produksi nata di rumah masing-masing sehingga suatu saat akan dapat ditularkan pada warga sekitar sehingga akan terbentuk kampung nata.