Efektivitas Ekstrak Kulit Buah Naga Merah (Hylocereus Polyrhizus) terhadap Pertumbuhan Streptococcus Mutans dan Candida Albicans (In Vitro)
Abstract
Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang beragam, saat ini diketahui sekitar 30.000 jenis tumbuhan yang tumbuh. Salah satu jenis tumbuhan kaktus yang tumbuh di Indonesia jenis buah naga. Meskipun buah naga baru dikenal di Indonesia, namun namanya sering diperbincangkan di kalangan masyarakat, terutama jenis buah naga merah (Hylocereus polyrhizus). Tingkat pemanfaatan dan konsumsi buah naga semakin meningkat, namun umumnya masih terbatas pada daging buahnya saja. Jika diamati lebih jauh, maka bisa ditemukan banyak potensi besar yang dimiliki oleh bagian lain dari buah naga merah. Salah satu bagian dari buah naga yang dapat dimanfaatkan adalah kulitnya. Bagian dari kulit buah naga adalah 30%-35% dari keseluruhan total bagian buah naga, namun seringkali hanya dibuang sebagai sampah. Pada kulit buah naga merah terdapat beberapa senyawa aktif berupa flavonoid, alkaloid, dan terpenoid yang diketahui memiliki daya antibakteri dan antijamur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui daya hambat ekstrak kulit buah naga merah terhadap pertumbuhan S. mutans dan C. albicans karena kedua mikroba tersebut merupakan mikroflora normal rongga mulut yang dapat menjadi patogen jika terdapat faktor presdiposisi.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental laboratoris dengan rancangan penelitian the post-test only control group design. Terdapat 9 kelompok penelitian, yaitu ekstrak kulit buah naga merah konsentrasi 100%; 50%; 25%; 12,5%; 6,25%; 3,13%; 1,56%; ampisilin dan ketokonazol 2% sebagai kontrol positif, serta Bran Hearth Infusion-Broth (BHI-B) dan Sabouraud Dextrose Broth (SDB) sebagai kontrol negatif. Penelitian dilakukan sebanyak tiga kali pengulangan. Pada uji Konsentrasi Hambat Minimal (KHM) dilakukan menggunakan metode dilusi cair/broth dilution test dan dimulai dengan melakukan pengenceran bertingkat pada ekstrak kulit buah naga 100% menggunakan media BHI-B untuk S. mutans dan media SDB untuk C. albicans. Ekstrak dengan beberapa konsentrasi dan kontrol positif serta negatif diinkubasi selama 24 jam pada suhu 370 C, kemudian diamati kejernihan dari masing-masing tabung reaksi. Tabung yang jernih menunjukkan pertumbuhan mikroba yang terhambat, sedangkan tabung yang keruh menunjukkan adanya pertumbuhan mikroba. Prosedur uji KHM untuk S. mutans dan C. albicans adalah sama. Pada tabung hasil uji KHM yang tampak jernih dilakukan uji Konsentrasi Bunuh Minimal (KBM) yang dilakukan menggunakan metode dilusi agar/agar dilution test. Pada uji KBM S. mutans, suspensi diambil 1 µL dan digoreskan pada media blood agar. Media tersebut kemudian dimasukkan dimasukkan ke dalam desicator selama 24 jam pada suhu 370 C dan diamati perubahan warna. Media blood agar yang tidak mengalami perubahan warna menunjukkan tidak adanya pertumbuhan S. mutans, sedangkan yang mengalami perubahan warna menjadi kehijauan menunjukkan adanya pertumbuhan S. mutans.
Pada uji KBM C. albicans, suspensi diambil 1 µL dan dituangkan pada media Sabouraud Dextrose Agar (SDA) dan dicampurkan dengan metode pour-plate. Media tersebut kemudian diinkubasi selama 48 jam pada suhu 360 C dan dihitung jumlah koloni C. albicans yang tumbuh dan dibandingkan dengan kontrol, pada kelompok perlakuan yang mampu menghambat pertumbuhan C. albicans kurang dari 3 CFU dibandingkan dengan kontrol ditetapkan sebagai nilai KBM.
Data hasil penelitian kemudian ditabulasi dan dianalisis secara statistik. Hasil uji Kruskal-Wallis menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna pada seluruh kelompok penelitian dengan nilai signifikansi p < 0,05, yaitu 0,001. Hasil dari uji statistik Mann-Whitney pada uji KHM ekstrak kulit buah naga merah terhadap S. mutans menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna antara konsentrasi 100%; 50%; 25%; 12,5% dan 6,25% dengan kontrol negatif. Hal ini berdasarkan pada hasil yaitu p ≤ 0,05. Hasil uji statistik Mann-Whitney pada uji KBM terhadap S. mutans menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna antara konsentrasi 100%, 50% dan 25% dengan kontrol negatif. Hasil dari uji statistik Mann-Whitney pada uji KHM terhadap C. albicans menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna antara konsentrasi 100%; 50%; 25% dan 12,5% dengan kontrol negatif. Hasil uji statistik Mann-Whitney pada uji KBM terhadap C. albicans menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna antara konsentrasi 100%; 50%; 25% dan 12,5% dengan kontrol negatif.
Perbedaan yang signifikan dari hasil analisis statistik menandakan bahwa terdapat perbedaan aktivitas antibakteri dan antijamur yang signifikan terhadap pertumbuhan S. mutans dan C. albicans. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak kulit buah naga merah mengandung senyawa antibakteri dan antijamur berupa flavonoid, alkaloid dan terpenoid yang bekerja menghambat sintesis asam nukleat, menghambat fungsi membran sel dan menghambat metabolisme energi. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, dapat disimpulkan bahwa nilai KHM dan KBM ekstrak kulit buah naga merah terhadap S. mutans adalah 6,25% dan 25%, sedangkan nilai KHM dan KBM ekstrak kulit buah naga merah terhadap C. albicans adalah 12,5%.
Collections
- UT-Faculty of Dentistry [2062]