Show simple item record

dc.contributor.advisorSofyan, Akhmad
dc.contributor.advisorNingsih, Sri
dc.contributor.authorKHIKMAH, Lutfiatul
dc.date.accessioned2016-08-18T06:26:35Z
dc.date.available2016-08-18T06:26:35Z
dc.date.issued2016-08-18
dc.identifier.nim100110201043
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/76624
dc.description.abstractMantra merupakan serangkaian kata yang diucapkan pemantra untuk memohon pertolongan atau untuk menandingi kekuatan gaib. Ada sembilan macam mantra antara lain; mantra penolak hujan, mantra pengobatan, mantra permohonan, mantra menyatukan hati, mantra semar mesem, mantra jaran goyang, mantra ketika akan mandi, mantra pelaris dagangan (menjual nasi), dan mantra pada bayi rewel. Data dalam penelitian ini diperoleh dengan menyaksikan secara langsung pengucapan mantra dari pemantra oleh peneliti sekaligus dilakukan teknik perekaman tanpa sepengetahuan pemantra. Metode penyediaan data menggunakan metode simak dan metode cakap. Metode simak dengan teknik sadap, teknik simak bebas libat cakap (SBLC), teknik rekam dan catat. Metode cakap dengan teknik pancing, teknik lanjutan cakap semuka (CS), dan teknik rekam. Metode analisis data yang digunakan adalah metode padan, teknik dasarnya yaitu Pilah Unsur Penentu (PUP) dengan menggunakan daya pilah sebagai pembeda sifat dan watak aneka langue. Penyajian hasil analisis secara informal. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa mantra yang diucapkan kata-katanya mempunyai makna konotasi sehingga serangkaian mantra itu terlihat indah. Ketepatan dan keserasian kata dalam mantra bergantung pada keseluruhan isi mantra. Namun, ada satu mantra yang tidak mengandung makna konotasi, yaitu pada mantra pengobatan. Mantra tersebut menggunakan makna sebenarnya, hanya pemilihan diksinya disesuaikan dengan konteks mantra dan tetap membuat mantra tersebut memiliki estetika. Keindahan mantra juga tidak terlepas dari gaya bahasa yang terkandung di dalamnya. Gaya bahasa yang dominan pada mantra penolak hujan adalah repetisi anafora. Gaya bahasa yang dominan pada mantra pengobatan adalah repetisi asonansi. Gaya bahasa yang dominan pada mantra permohonan adalah repetisi anafora. Gaya bahasa yang dominan pada mantra menyatukan hati adalah repetisi anafora. Gaya bahasa yang dominan pada mantra semar mesem adalah repetisi aliterasi. Gaya bahasa yang dominan pada mantra jaran goyang adalah repetisi anafora. Gaya bahasa yang dominan pada mantra ketika akan mandi adalah repetisi aliterasi. Gaya bahasa yang dominan pada mantra pelaris dagangan (menjual nasi) adalah gaya bahasa asonansi. Gaya bahasa yang dominan pada mantra bayi rewel adalah repetisi aliterasi. Gaya bahasa anfora adalah gaya bahasa yang dominan pada mantra di Kelurahan Jogoyudan, karena perulangan kata pada setiap baris atau kalimat di setiap mantra menegaskan makna dari keinginan yang ingin diungkapkan oleh pemantraen_US
dc.language.isoiden_US
dc.subjectDiksien_US
dc.subjectGaya bahasa pada mantraen_US
dc.titlePENGGUNAAN DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA MANTRA DI KELURAHAN JOGOYUDAN, KECAMATAN LUMAJANG, KABUPATEN LUMAJANG, JAWA TIMURen_US
dc.typeUndergraduat Thesisen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record