dc.description.abstract | Mantra merupakan serangkaian kata yang diucapkan pemantra untuk
memohon pertolongan atau untuk menandingi kekuatan gaib. Ada sembilan macam
mantra antara lain; mantra penolak hujan, mantra pengobatan, mantra permohonan,
mantra menyatukan hati, mantra semar mesem, mantra jaran goyang, mantra ketika
akan mandi, mantra pelaris dagangan (menjual nasi), dan mantra pada bayi rewel.
Data dalam penelitian ini diperoleh dengan menyaksikan secara langsung
pengucapan mantra dari pemantra oleh peneliti sekaligus dilakukan teknik perekaman
tanpa sepengetahuan pemantra. Metode penyediaan data menggunakan metode simak
dan metode cakap. Metode simak dengan teknik sadap, teknik simak bebas libat
cakap (SBLC), teknik rekam dan catat. Metode cakap dengan teknik pancing, teknik
lanjutan cakap semuka (CS), dan teknik rekam. Metode analisis data yang digunakan
adalah metode padan, teknik dasarnya yaitu Pilah Unsur Penentu (PUP) dengan
menggunakan daya pilah sebagai pembeda sifat dan watak aneka langue. Penyajian
hasil analisis secara informal.
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa mantra
yang diucapkan kata-katanya mempunyai makna konotasi sehingga serangkaian
mantra itu terlihat indah. Ketepatan dan keserasian kata dalam mantra bergantung
pada keseluruhan isi mantra. Namun, ada satu mantra yang tidak mengandung makna
konotasi, yaitu pada mantra pengobatan. Mantra tersebut menggunakan makna
sebenarnya, hanya pemilihan diksinya disesuaikan dengan konteks mantra dan tetap
membuat mantra tersebut memiliki estetika.
Keindahan mantra juga tidak terlepas dari gaya bahasa yang terkandung di
dalamnya. Gaya bahasa yang dominan pada mantra penolak hujan adalah repetisi anafora. Gaya bahasa yang dominan pada mantra pengobatan adalah repetisi
asonansi. Gaya bahasa yang dominan pada mantra permohonan adalah repetisi
anafora. Gaya bahasa yang dominan pada mantra menyatukan hati adalah repetisi
anafora. Gaya bahasa yang dominan pada mantra semar mesem adalah repetisi
aliterasi. Gaya bahasa yang dominan pada mantra jaran goyang adalah repetisi
anafora. Gaya bahasa yang dominan pada mantra ketika akan mandi adalah repetisi
aliterasi. Gaya bahasa yang dominan pada mantra pelaris dagangan (menjual nasi)
adalah gaya bahasa asonansi. Gaya bahasa yang dominan pada mantra bayi rewel
adalah repetisi aliterasi. Gaya bahasa anfora adalah gaya bahasa yang dominan pada
mantra di Kelurahan Jogoyudan, karena perulangan kata pada setiap baris atau
kalimat di setiap mantra menegaskan makna dari keinginan yang ingin diungkapkan oleh pemantra | en_US |