PENGARUH VITAMIN C DAN PAPARAN SINAR UV TERHADAP EFEKTIVITAS IN VITRO LOTION TABIR SURYA OCTYL METHOXYCINNAMATE DAN BENZOPHENONE-3
Abstract
Sinar matahari terdiri dari beberapa spektrum, diantaranya sinar UVA dan
UVB. Sinar UVA maupun sinar UVB berbahaya bagi kulit karena mampu
menyebabkan perubahan pada kulit seperti menginduksi eritema, melanogenesis,
dan menyebabkan pigmentasi atau perubahan warna kulit menjadi lebih gelap.
Pencegahan efek buruk paparan sinar matahari dapat dilakukan dengan cara
menggunakan tabir surya. Tabir surya merupakan zat yang mengandung bahan
pelindung kulit terhadap sinar matahari sehingga sinar UV tidak dapat memasuki
kulit (mencegah gangguan kulit karena radiasi sinar).
Bahan aktif pada penelitian ini adalah benzophenone-3 dan octyl
methoxycinnamate. Benzophenone-3 maupun octyl methoxycinnamate dapat
mengalami degradasi akibat paparan sinar UV. Salah satu cara yang dapat
digunakan untuk mengurangi ketidakstabilan UV filter karena sinar matahari
adalah dengan menambahkan photo-stabilizing agents contohnya adalah
antioksidan. Vitamin C merupakan antioksidan digunakan untuk meningkatkan
kemampuan photoprotection, sehingga mampu mencegah terjadinya degradasi
bahan aktif akibat paparan sinar UV.
Efektivitas dari suatu sediaan tabir surya dapat ditunjukkan dengan nilai sun
protection factor (SPF), persen tranmisi eritema dan persen transmisi pigmentasi.
Pengujian untuk menentukan efektivitas tabir surya dilakukan sebelum dan
setelah paparan sinar UV. Sediaan yang dipilih untuk penelitian ini adalah lotion.
Evaluasi yang dilakukan untuk sediaan lotion adalah pengujian organoleptis,
viskositas, pH, daya sebar, penentuan nilai SPF, persen tranmisi eritema dan persen transmisi pigmentasi. Analisis data statistik yang digunakan pada
penelitian ini adalah analisis statistik menggunakan program SPSS 17.0.
Hasil pengujian nilai SPF sebelum paparan sinar UV menunjukkan bahwa
F1<F2<F3<F4<F5 dengan nilai SPF berturut-turut sebesar 16,221; 17,422;
20,373; 22,597; 30,230. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa antara kelima formula berbeda bermakna. Nilai SPF setelah paparan sinar UV rata-rata
F1<F2<F3<F4<F5 dengan nilai SPF berturut-turut sebesar 9,530; 10,137; 14,457;
14,986; 25,511. Hasil analisis statistik setelah paparan sinar UV menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan nilai SPF yang bermakna antara sebelum dan setelah
paparan sinar UV pada semua formula.
Nilai persen transmisi eritema sebelum paparan sinar UV rata-rata pada F1
sebesar 0,000914; F2 sebesar 0,001105; F3 sebesar 0,001691; F4 sebesar
0,003124; F5 sebesar 0,002395. Hasil penentuan nilai persen transmisi eritema
sebelum paparan sinar UV menunjukkan bahwa semua formula termasuk kategori
total block. Nilai rata-rata persen transmisi eritema setelah paparan sinar UV F1
sebesar 0,016793; F2 sebesar 0,006818; F3 sebesar 0,003849; F4 sebesar
0,005052; F5 sebesar 0,001229. Setelah dilakukan paparan sinar UV hasil analisis
statistik menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara nilai
persen transmisi eritema sebelum dan setelah paparan sinar UV.
Nilai persen transmisi pigmentasi sebelum paparan sinar UV menunjukkan
F1<F2<F3<F4<F5 dengan nilai rata-rata berturut-turut sebesar 13,409; 14,012;
14,517; 15,500; 18,4528. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa nilai persen
transmisi pigmentasi sebelum paparan sinar UV pada semua formula berbeda
bermakna. Setelah paparan sinar UV nilai persen transmisi pigmentasi rata-rata F1
sebesar 20,788; F2 sebesar 17,071; F3 sebesar 14,725; F4 sebesar 15,097; F5
sebesar 12,251. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
yang bermakna antara nilai persen transmisi pigmentasi sebelum dan setelah paparan sinar UV
Collections
- UT-Faculty of Pharmacy [1469]