GAMBARAN HARGA DIRI SISWA TUNANETRA DI SEKOLAH LUAR BIASA (SLB-A) TPA BINTORO KABUPATEN JEMBER
Abstract
Tunanetra merupakan individu yang indera penglihatannya (kedua- duanya) tidak berfungsi sebagai saluran penerima informasi dalam kegiatan sehari-hari seperti halnya orang normal pada umumnya (Soemantri, 2006). Tunanetra merupakan salah satu macam cacat fisik. Individu yang mengalami cacat fisik belum mampu mengatasi rasa tertekan akibat cacat yang dideritanya. Individu yang mengalami cacat fisik lebih membatasi dirinya dengan lingkungan sekitar karena mereka memandang dirinya tidak berguna, tidak percaya diri dan memiliki harga diri yang negatif (Sadly, Fitria, & Zulkifly, 2013).
Hasil sensus penduduk tahun 2010 propinsi Jawa Timur menduduki jumlah penduduk tunanetra terbanyak kedua di Indonesia setelah propinsi Jawa Barat yaitu sebanyak 842.836 jiwa. Jumlah penduduk kategori tunanetra di Kabupaten Jember sebanyak 62.036 jiwa. Kabupaten Jember menempati urutan kedua terbanyak dengan jumlah penduduk kategori tunanetra setelah Kabupaten Surabaya (BPS, 2010). Jumlah penduduk kategori tunanetra di Kabupaten Jember tergolong tinggi.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan gambaran harga diri siswa tunanetra di SLB-A TPA Bintoro Kabupaten Jember. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi peneliti, bagi institusi pendidikan, bagi instansi pelayanan kesehatan, dan bagi masyarakat.
Jenis penelitian ini adalah deskriptif untuk menggambarkan harga diri siswa tunanetra. Variabel dalam penelitian ini adalah harga diri. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa tunanetra di SLB-A TPA Bintoro Kabupaten Jember sebanyak 15 siswa yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Sampel diambil dengan menggunakan teknik total sampling dengan jumlah sampel adalah 15 siswa. Analisa data menggunakan analisi univariat untuk menggambarkan harga diri siswa tunanetra di SLB-A TPA Bintoro Kabupaten Jember.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat 9 siswa (60%) yang mempunyai harga diri tinggi/normal dan terdapat 6 siswa (40%) mempunyai harga diri rendah. Sebagian besar siswa mempunyai harga diri tinggi. Hasil analisis indikator harga diri menunujukkan indikator mengungkapkan penerimaan diri secara verbal mendapat nilai rata-rata tertinggi yaitu 7,2 dan indikator menerima kritikan dan berhubungan dengan orang lain mendapat nilai rata-rata terendah yaitu 4,8. Harga diri yang tinggi dipengaruhi oleh karakteristik yang dimiliki oleh tiap responden.
Kesimpulan penelitian ini adalah sebagian besar siswa tunanetra di SLB-A TPA Bintoro mempunyai harga diri tinggi/normal. Indikator harga diri saling berkaitan dalam memberikan pengaruhnya terhadap harga diri siswa tunanetra. Berdasarkan hasil penelitian ini, diharapkan ada tindak lanjut dari perawat maupun pihak sekolah dalam peningkatan kesehatan jiwa siswa dengan disabilitas khususnya tunanetra.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, beberapa saran yang dapat diterapkan yakni bagi siswa tunanetra agar lebih dapat berhubungan dengan orang lain, bagi lingkungan tempat tinggal yaitu keluarga dan sekolah agar dapat meningkatkan kepedulian dan menghindari deskriminasi, serta bagi instansi kesehatan agar dapat memberi pendidikan terhadap lingkungan tempat tinggal untuk lebih manerima dan memberikan perlakuan yang baik kepada siswa tunanetra sehingga dapat meningkatkan harga diri siswa tunanetra.
Collections
- UT-Faculty of Nursing [1529]