dc.description.abstract | Sustainable Development Goals (SDGs) dirumuskan sebagai pengganti Millenium Development Goals (MDGs) (Kenny, 2015). Salah satu target dalam tujuan tersebut adalah pada tahun 2030, World Health Organization (WHO) dapat mengakhiri epidemi penyakit Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS), tuberkulosis, malaria, penyakit tropis yang terabaikan, memerangi hepatitis, penyakit yang penyebabnya terbawa air dan penyakit menular lainnya (General Assembly, 2015). Tuberkulosis paru (TB paru) adalah penyakit infeksius yang menyerang parenkim paru dan dapat ditularkan ke bagian tubuh lainnya (Smeltzer & Bare, 2001). TB paru yang menyerang anak-anak sudah menjadi masalah di tingkat global saat ini (WHO, 2013). TB paru yang terjadi pada anak mencerminkan transmisi TB paru yang saat ini masih terus berlangsung di populasi (Kemenkes RI, 2011).
Motivasi dengan perilaku kesehatan dalam konsep promosi kesehatan mempunyai ikatan yang kuat (Notoatmodjo, 2012). Motivasi pada masyarakat mampu meningkatkan pencegahan penyakit untuk menghindari penurunan tingkat kesehatan (Potter & Perry, 2005). Lingkungan mempunyai peran yang besar dalam memotivasi seseorang dalam merubah tingkah lakunya (Taufik, 2007). Ada beberapa bentuk tindakan pencegahan yang dapat dilakukan masyarakat di dalam konsep Community Health Nursing (CHN) meliputi pencegahan primer, sekunder, dan tersier (Swanson, 1997). Upaya pengendalian infeksi TB paru dapat dilakukan melalui 4 pilar utama sesuai dengan ketetapan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, antara lain: pilar manajemen, pilar administratif, pilar pengendalian lingkungan, dan pilar pengendalian Alat Pelindung Diri (APD) (Kemenkes RI, 2013).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis perbedaan motivasi siswa usia 6-12 tahun dalam pencegahan Tuberkulosis Paru di daerah prevalensi tinggi dan prevalensi rendah di Kabupaten Jember. Penelitian ini menggunakan metode analitik studi komparatif dengan rancangan penelitian cross sectional dan menggunakan motivasi pencegahan Tuberkulosis Paru di daerah prevalensi tinggi dan prevalensi rendah sebagai variabel. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa usia 6-12 tahun di SD yang terletak di daerah prevalensi tinggi dan rendah. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik probability sampling dengan pendekatan multistage random sampling yang terdiri dari 129 siswa dari daerah prevalensi tinggi 107 siswa dari daerah prevalensi rendah. Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner.
Analisis didasarkan pada uji statistik Mann-Whitney dengan CI = 95%. Berdasarkan analisa data diketahui bahwa responden yang berada di kedua lokasi penelitian memiliki motivasi yang tinggi dalam mencegah TB Paru. Jumlah siswa yang memiliki motivasi tinggi pada kelompok siswa yang berada di prevalensi rendah dua kali lebih banyak dibandingkan dengan jumlah siswa yang memiliki motivasi rendah dalam mencegah TB Paru. Jumlah siswa yang memiliki motivasi tinggi pada kelompok siswa yang berada di prevalensi tinggi hampir sebanding dengan jumlah siswa yang memiliki motivasi rendah dalam mencegah TB Paru. Hasil uji statistik diketahui p value sebesar 0,000 (p value < α = 0,05) yang menunjukkan ada perbedaan motivasi siswa usia 6-12 tahun dalam pencegahan TB Paru di daerah prevalensi tinggi dan prevalensi rendah TB di Kabupaten Jember.
Berdasarkan hasil penelitian ini, diharapkan pihak puskesmas terkait dapat mengadakan program pemberian pendidikan kesehatan di sekolah yang terjadwal tentang kebiasaan hidup bersih dan sehat, kebiasaan konsumsi makanan yang sehat dan bergizi, kebiasaan mengkonsumsi buah dan sayur, sumber penularan penyakit TB Paru, dan cara penularan penyakit TB Paru untuk meningkatkan motivasi siswa yang berada di daerah tinggi TB agar angka kejadian TB Paru semakin menurun. | en_US |