Pengaruh Bahan Pembawa Limbah Padat Blotong dan Pupuk Kandang Sapi Terhadap Kerapatan Sel Bakteri Hasil Formulasi Mycorrhiza Helper Bacteria (Pseudomonas Diminuta dan Bacillus Subtilis) dan Pemanfaatannya Sebagai Leaflet
Abstract
Serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) yang meliputi organisme hama, penyakit dan tumbuhan gulma merupakan kendala utama dalam budidaya tanaman. Andalan utama dalam pengendalian yang selama ini dilakukan yaitu menggunakan pestisida kimia. Penggunaan pestisida kimia telah menimbulkan dampak negatif pada kesehatan manusia dan lingkungan, juga menyebabkan resisten OPT. Dalam pengaplikasian dilapang diperlukan pengendalian OPT yang ramah lingkungan dan memiliki harga yang terjangkau, yaitu dengan pengendalian agen hayati yang memanfaatkan mikoriza dengan bantuan Mycorrhiza Helper Bacteria (MHB). Kestabilan persediaan agen pengendali hayati perlu dilakukan proses formulasi. Proses formulasi sangat dipengaruhi oleh bahan pembawa dan bahan aktif berupa bakteri. Bahan aktif yang dapat dimanfaatkan yaitu bakteri Pseudomonas diminuta dan Bacillus subtilis sedangkan bahan pembawa yang digunakan adalah limbah padat blotong dan pupuk kandang sapi. Dalam penelitian sebelumnya P. diminuta dan B. subtilis telah terbukti mampu mengendalikan P. coffeae, sedangkan kedua limbah yaitu limbah padat blotong dan pupuk kandang sapi banyak tersedia di masyarakat. Tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui pengaruh bahan pembawa limbah padat blotong dan pupuk kandang sapi terhadap jumlah kerapatan sel bakteri dalam formulasi MHB.
Penelitian ini dilakukan di Sub Laboratorium Mikrobiologi Program Studi Pendidikan Biologi, Universitas Jember. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan yang terdiri atas formulasi MHB (B. subtilis dan P. diminuta) dalam limbah blotong dengan kerapatan awal sel bakteri 108 (p1), formulasi MHB (B. subtilis dan P. diminuta ) dalam limbah blotong dengan kerapatan awal sel bakteri 109 (p2), formulasi MHB (B. subtilis dan P. diminuta) dalam pupuk kandang sapi dengan kerapatan awal sel bakteri 108 (p3), formulasi MHB (B. subtilis dan P. diminuta) dalam pupuk kandang sapi dengan kerapatan awal sel bakteri 109 (p4). Pengamatan dilaksanakan pada hari ke-3, hari ke-7, hari ke-30 dan hari ke-60 setelah formulasi. Pengamatan yang dilakukan meliputi pengamatan jumlah kerapatan sel bakteri P. diminuta dan B. subtilis serta pengamatan pH.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masing-masing formula bahan pembawa menunjukkan kemampuan yang berbeda dalam menopang pertumbuhan dan kelangsungan hidup P. diminuta dan B. subtillis selama 60 hari periode penyimpanan. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa kerapatan sel bakteri B. subtilis pada hari ke-7 pengamatan menunjukkan (sig.<0,05), yaitu limbah padat blotong dengan kerapatan 108 (p1) berpengaruh secara nyata terhadap kerapatan sel bakteri B. subtilis jika dibandingkan ketiga perlakuan lainnya, sedangkan analisis statistik untuk kerapatan sel bakteri P. diminuta dan kerapatan total pada masing- masing perlakuan menunjukkan hasil berpengaruh secara tidak nyata (sig.>0,05) Pada hari ke-3, hari ke- 7,hari ke-30 dan hari ke-60. Berdasarkan data rata- rata kerapatan sel bakteri (CFU) pada keempat formulasi masih menunjukkan daya simpan pada batas minimum inokulan yang harus ada pada media pembawa.
Kesimpulan dari hasil analisi dan pembahasan adalah perlakuan bahan pembawa padat limbah blotong dengan kerapatan 108 memiliki kemampuan yang terbaik dalam menopang kelangsungan hidup bakteri target dibandingkan tiga formula bahan pembawa yang lain dengan memenuhi persyaratan minimum suatu bahan pembawa yaitu memiliki jumlah kerapatan sel bakteri > 107 CFU/g dan pH dalam kisaran 7,6.
Collections
- UT-Faculty of Public Health [2227]