PENGARUH PEMBERIAN MINYAK JAHE MERAH (Zingiber officinale var. Rubrum) PADA MENCIT NEUROPATI DENGAN METODE Partial Sciatic Nerve Ligation (PSNL)
Abstract
Menurut International Association for the Study of Pain (IASP), nyeri merupakan suatu pengalaman sensoris dan emosional yang tidak menyenangkan serta berhubungan dengan terjadinya kerusakan jaringan secara aktual dan potensial atau keadaan yang menggambarkan kerusakan tersebut. Nyeri kronik adalah sakit yang berkelanjutan atau berulang, nyeri yang dialami dengan durasi lebih lama bahkan bisa berbulan-bulan yaitu sekitar tiga atau enam bulan atau bertahun-tahun, yang merugikan, dan dapat mempengaruhi kesejahteraan individu. Nyeri kronik diestimasikan terjadi pada 2-40% populasi dewasa. Di Indonesia sendiri, dilaporkan bahwa 25-50% dari penduduk dengan usia lanjut, mengalami nyeri. Salah satu kondisi nyeri kronik adalah nyeri neuropati.
Jahe (Zingiber officinale) merupakan tanaman obat yang telah banyak digunakan di pengobatan herbal Cina dan Ayurveda di seluruh dunia untuk beragam penyakit, salah satunya nyeri. Salah satu jenis jahe yang ada di Indonesia adalah jahe merah (Zingiber officinale var. Rubrum). Minyak jahe disusun dari monoterpen hidrokarbon, sesquiterpen hidrokarbon, dan monoterpen oksigenasi. Sama halnya dengan jahe merah, komponen kimia dari minyak pada rhizomanya terdiri dari monoterpen, sesquiterpen, monosesquiterpen oksigenasi, dan beberapa komponen miscellaneous. Jahe merah memiliki efek analgesik pada pengobatan tradisional Indonesia. Minyak jahe merah diperkirakan bersifat sebagai analgesik dan juga ansiolitik serta memperlihatkan aktivitas antiinflamasi, antinosiseptif dan imunomodulator.
Penelitian ini merupakan penelitian true experimental laboratories dengan menggunakan 25 ekor hewan coba (mencit) dengan 5 kelompok yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian minyak jahe merah dalam mengatasi nyeri kronik akibat neuropati. Parameter yang digunakan untuk mengamati pengaruh minyak jahe merah adalah peningkatan waktu ketahanan mencit terhadap stimulus panas dengan uji hot plate. Pengukuran nilai baseline dilakukan sebelum hewan coba diligasi dengan cara Partial Sciatic Nerve Ligation (PSNL). Kelompok sham mendapat tween 0,5% setelah dilakukan pembedahan tanpa pengikatan saraf sciatic (non PSNL), sedangkan kelompok kontrol negatif mendapat tween 0,5% setelah diligasi dengan cara PSNL dan tiga kelompok mendapat minyak jahe merah dengan dosis 100, 200, dan 400 mg/kgBB. Pemberian minyak jahe merah dan tween dilakukan pada hari ke-7 sampai ke-14 setelah induksi neuropati. Pengukuran waktu ketahanan terhadap stimulus panas dilakukan pada hari ke-0, 1, 3, 5, 7, 8, 10, 12, dan 14. Berdasarkan data aktivitas tersebut dapat diketahui apakah minyak jahe merah dapat memberikan efek anti nyeri.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa neuropati terjadi setelah induksi PSNL yang ditandai dengan adanya penurunan waktu ketahanan terhadap stimulus panas (p<0,05) yang berbeda signifikan bila dibandingkan dengan kelompok sham. Hasil ini menunjukkan bahwa mencit telah mengalami nyeri neuropati yang ditandai dengan terjadinya hiperalgesia. Pada hari ke-7, mencit diberi emulsi minyak jahe merah dengan tiga dosis yang berbeda untuk tiga kelompok. Analisis statistik menunjukkan bahwa pemberian minyak jahe merah dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif dapat meningkatan waktu ketahanan panas yang signifikan (p<0,001) untuk semua dosis. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemberian minyak jahe merah, pada dosis 100, 200, dan 400 mg/kgBB secara peroral mampu meningkatkan waktu ketahanan mencit terhadap stimulus panas dengan induksi PSNL
Collections
- UT-Faculty of Pharmacy [1469]