IDENTIFIKASI IBUPROFEN, KETOPROFEN DAN DIKLOFENAK MENGGUNAKAN TEST STRIP BERBASIS REAGEN SPESIFIK YANGDIIMOBILISASI PADA MEMBRAN NATA DE COCO
Abstract
RINGKASAN
Identifikasi Ibuprofen, Ketoprofen dan Diklofenak Menggunakan Test Strip
Berbasis Reagen Spesifik yang Diimobilisasi pada Membran Nata De Coco;
Karisma Wulan Ningtyas, 081810301019; 2013: 70 halaman; Jurusan Kimia Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Jember.
Jamu merupakan salah satu obat tradisional asli indonesia yang dipercaya
khasiatnya oleh masyarakat, oleh karena itu jamu lebih banyak beredar di masyarakat
dibandingkan dengan golongan obat tradisional yang lain. Namun dengan banyaknya
jamu yang beredar di masyarakat, tidak sedikit produsen jamu yang menambahkan
bahan obat sebagai zat aktif dalam jamu, seperti ibuprofen, ketoprofen dan
diklofenak. Adanya penambahan zat obat dalam jamu merupakan suatu pelanggaran
dalam pembuatan jamu, oleh karena itu dibutuhkan suatu alat yang dapat digunakan
untuk mendeteksi bahan kimia obat dalam jamu secara cepat, mudah dan dapat
langsung dilakukan di lapangan. Salah satu alat yang dapat digunakan adalah test
strip.
Test strip merupakan alat yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi suatu
zat dengan melihat perubahan warna pada strip-nya setelah ditetesi sampel. Test strip
memiliki tiga komponen penting yaitu membran, reagen yang terimobilisasi dan alat
bantu visualisasi. Membran yang digunakan adalah nata de coco dan reagen yang
digunakan adalah metil merah, kalium iodida, tembaga asetat, mandelin dan
lieberman’s. Tujuan dari penelitian ini adalah (i) mengetahui pengaruh konsentrasi
reagen yang layak untuk diimobilisasi pada membran, (ii) mengetahui pengaruh
perbedaan pelarut terhadap perubahan warna pada sampel dan (iii) mengetahui
kinerja test strip untuk identifikasi ibuprofen, ketoprofen dan diklofenak.
Tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah (i) uji kelayakan reagen,
yaitu memilih reagen yang layak untuk dioptimasi dilihat dari perubahan warnanya
viii
secara kasat mata, (ii) Optimasi reagen yang bertujuan untuk mendapatkan
konsentrasi reagen yang layak untuk diimobilisasikan pada membran, (iii) uji
kelayakan pelarut digunakan untuk mendapatkan pelarut yang cocok untuk sampel
dan reagen, dimana pelarut yang digunakan adalah etanol, kloroform dan aquades,
(iv) optimasi reagen pada membran nata de coco dengan teknik entrapment, (v) uji
kinerja yang meliputi uji reprodusibilitas, limit deteksi, dan life time, dan (vi) Uji real
sampel, dengan jamu rematik sebagai sampel realnya.
Hasil penelitian menunjukkan, reagen metil merah dengan konsentrasi ¼ x
standart, tembaga asetat ¼ x standart, kalium iodida 3 x standart, dan mandelin 1 x
standart 5M dengan pelarut etanol layak digunakan untuk tahap selanjutnya, yaitu
imobilisasi reagen dalam membran, sedangkan lieberman’s tidak layak digunakan
karena tidak memberikan perubahan warna setelah penambahan sampel standar.
Keempat reagen ini berhasil diimobilisasi pada membran nata de coco dengan teknik
entrapmen, keberhasilanya dapat dilihat dari perubahan warna membran setelah
penambagan reagen dan setelah ditetesi sampel sesuai dengan hasil color spot test
yang sudah dilakukan. Untuk uji kinerjanya, dilihat dari hasil pengukuran didapatkan
membran metil merah dengan sampel ibuprofen memiliki nilai reprodusibilitas
sebesar 1,02%, mampu bertahan hingga 35 hari dan secara kualitatif dan kuantitatif
memiliki nilai sebesar 0,125 mg/mL dan 0,0658 mg/mL untuk limit deteksinya.
Membran metil merah dengan sampel ketoprofen memiliki nilai reprodusibilitas
2,87% tahan hingga35 hari dan memiliki nilai 1 mg/mL dan 0,543 mg/mL untuk limit
deteksi secara kualitatif dan kuantitatif. Membran tembaga asetat dengan sampel
ibuprofen, membran kalium iodida dengan sampel ketoprofen dan membran madelin
dengan sampel diklofenak, masing- masing memiliki nilai reprodusibilitas sebesar
1,71% ; 3,14% dan 1,37. Memiliki nilai sebesar 1 mg/mL; 0,5 mg/mL; 0,5mg/mL
untuk nilai limit deteksi secara kualitatif, memiliki nilai sebesar 0,467 mg/mL; 0,254
mg/mL dan 0,196 mg/mL untuk nilai limit deteksi secara kuantitatifnya. Untuk life
time, membran tembaga asetat mampu bertahan hingga 60 hari, membran kalium
ix
iodida mapu bertahan hingga 150 hari sedangkan membran mandelin hanya mampu
bertahan hingga 14 hari.
Pengujian real sampel dilakukan dengan tiga teknik, yaitu non filtrasi, filtrasi
dan ekstraksi. Dari hasil pengujian dapat disimpulkan sampel jamu dapat dideteksi
bila dilakukan ekstraksi terlebih dahulu, sedangkan dengan teknik filtrasi dan non
filtrasi, sampel jamu tidak dapat dideteksi.