dc.description.abstract | Nyamuk Aedes aegypti L. merupakan vektor penyakit demam berdarah.
Demam berdarah dengue (DBD). Jumlah kasus DBD menunjukkan kecenderungan
meningkat setiap tahun, demikian pula luas wilayah yang terjangkit. Untuk
mengendalikan peningkatan tersebut maka diperlukan upaya yaitu dengan memutus
siklus hidup nyamuk Aedes aegypti L. dengan menggunakan insektisida botani pada
saat nyamuk berada pada tahap larva, salah satunya adalah menggunakan daun sirih
(Piper betle L.). Kandungan senyawa aktif pada daun sirih bersifat toksisk terhadap
larva Aedes aegypti L. Senyawa aktif tersebut diikat menggunakan pelarut etanol
pada saat proses ekstraksi. Penelitian yang sedang berlangsung adalah menggunakan
pelarut etanol dengan konsentrasi 50%, 70%, 96% dan PA. Pengaplikasian ekstrak
pada perairan menyebabkan kondisi perairan menjadi keruh. Pada penelitian ini,
peneliti menlakukan ekstraksi menggunakan variasi konsentrasi pelarut etanol yang
sama tetapi dilakukan penambahan n-heksan untuk dilakukan proses pemisahan
klorofil sehingga pada saat pengaplikasian tidak menyebabkan perairan menjadi
keruh.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya perbedaan
toksisitas ekstrak daun sirih hijau (Piper betle L.) berbagai konsentrasi pelarut (50%,
70%, 96% dan PA) dengan penambahan n-heksan yang ditunjukkan dengan nilai
LC50 dan LC90 mortalitas larva nyamuk Aedes aegypti L. dengan waktu dedah 24 jam dan 48 jam selain itu, untuk mengetahui kondisi air (keruh atau jernih) setelah
penambahan ekstrak daun sirih hijau (Piper betle L.)
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Toksikologi, Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan dan Laboratorium Biologi Fakultas Farmasi Universitas Jember.
Telur nyamuk diperoleh dari Laboratorium Entomologi ITD (Institute of Tropical
Disease) UNAIR Surabaya. Data hasil diuji menggunakan SPSS for windows versi 17.0.
Berdasarkan hasil analisis probit menunjukkan bahwa besarnya nilai LC50-24
jam, LC50-48 jam, LC90-24 jam dan LC90-48 jam ekstrak daun sirih dengan pelarut
etanol 50% berturut-turut adalah 34426,4 ppm, 7713,14 ppm, 358168 ppm dan
267624 ppm. Besarnya nilai LC50-24 jam, LC50-48 jam, LC90-24 jam dan LC90-48
jam ekstrak daun sirih yang menggunakan etanol 70% berturut-turut adalah 15066,7
ppm, 2712,19 ppm, 82309,6 ppm dan 12794,2 ppm. Besarnya nilai LC50-24 jam,
LC50-48 jam, LC90-24 jam dan LC90-48 jam ekstrak daun sirih yang menggunakan
pelarut etanol 96% berturut-turut adalah 1131,88 ppm, 19,0463 ppm, 3079,99 ppm
dan 1302,05 ppm. Besarnya nilai LC50-24 jam, LC50-48 jam, LC90-24 jam dan LC90-
48 jam ekstrak daun sirih yang menggunakan pelarut PA diperoleh berturut-turut
adalah 775,776 ppm 78,0298 ppm, 4052,21 ppm dan 746,812 ppm. Hasil analisis
anava untuk ekstrak dengan konsentrasi pelarut etanol 50%, 70%, 96%, dan PA
adalah signifikan pada semua perlakuan.
Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi
konsentrasi pelarut yang digunakan, semakin tinggi pula toksisitasnya. Tingkat
kekeruhan terendah adalah pada kondisi yang ditambah dengan ekstrak daun sirih
dengan pelarut etanol 50%. Hendaknya tetap dilakukan dilakukan pengujian
keamanan ekstrak daun sirih terhadap kesehatan dan lingkungan. | en_US |