dc.description.abstract | FSW (Friction Stir Welding) merupakan salah satu solusi yang bisa digunakan
sebagai alternatif untuk proses pengelasan aluminium. Prinsip kerja FSW adalah
memanfaatkan gesekan dari benda kerja yang berputar dengan benda kerja lain yang
diam sehingga timbul panas dan panas tersebut mampu melumerkan benda kerja yang
diam dan akhirnya tersambung menjadi satu. Proses pengelasan dengan FSW terjadi
pada temperatur solvus, sehingga tidak terjadi penurunan kekuatan akibat over aging
dan larutnya endapan koheren. Karena temperature pengelasan tidak terlalu tinggi,
maka tegangan sisa yang terbentuk dan distorsi akibat panas juga rendah.
Untuk menghasilkan hasil pengelasan yang baik pada friction stir welding, ada
banyak parameter yang harus diperhatikan diantaranya putaran tool, kecepatan
lintasan, diameter tool shoulder dan sudut kemiringan tool. Salah satu parameter
proses yang paling penting yaitu diameter tool shoulder. Variasi diameter tool
shoulder akan berpengaruh terhadap hasil pengelasan yang mencakup sifat mekanik
dan struktur mikro hasil pengelasan.
Variasi diameter tool shoulder ini terdiri dari diameter 16 mm, 18 mm dan 20
mm. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh variasi diameter tool shoulder
terhadap sifat mekanik dan struktur mikro pada proses pengelasan friction stir
welding ini dilakukan di laboratorium Permesinan Universitas jember dan di
laboratorium Desain dan Uji Bahan Jurusan Universitas Jember. Material yang
digunakan yaitu Aluminium AA 1100 dengan tebal 4 mm.
Dari gambar foto makro diketahui adanya cacat berupa incomplete
penetration pada setiap variasi pengelasan. Cacat incomplete penetration adalah
viii
adanya cacat karena kurangnya penekanan tool sehingga terjadi lubang seperti
wormholes. Wormholes terbesar terdapat pada hasil pengelasan dengan diameter tool
shoulder 20 mm. Dalam hal ini pemantauan dan kalibrasi alat yang digunakan dalam
pengelasan juga berpengaruh terhadap hasil pengelasan yang terjadi.
Kekuatan tarik tertinggi (UTS) terbesar terdapat pada proses pengelasan
menggunakan diameter tool shoulder 18 mm yaitu sebesar 63,52 MPa, kemudian
berturut-turut yaitu diameter tool shoulder 16 mm sebesar 53,61 MPa, dan diameter
tool shoulder 20 mm sebesar 49,44 MPa. Sedangkan untuk regangan terbesar terjadi
pada proses pengelasan dengan diameter tool shoulder 18 mm yaitu sebesar 23,43%,
dan untuk diameter tool shoulder 16 mm dan 20 mm nilai regangannya sama yaitu
sebesar 20,31%.
Kekuatan tarik tertinggi (UTS) terbesar terdapat pada proses pengelasan
menggunakan diameter tool shoulder 18 mm yaitu sebesar 63,52 MPa. Hal ini
dikarenakan input panasnya lebih besar dan lebih merata dibandingkan dengan
diameter tool shoulder 16 mm dan 20 mm. Input panas pada friction stir welding ini
diperoleh dari gesekan tool yang berputar dengan benda kerja yang diam sehingga
panas ini akan mampu melumerkan benda kerja yang diam dan benda kerja ini akan
tersambung menjadi satu. Apabila input panasnya rendah maka benda kerja tidak
lumer sempurna dan akan cenderung timbul cacat berupa cacat wormholes. Cacat
inilah yang nantinya akan mengurangi sifat mekanik dari lasan salah satunya yaitu
kekuatan tarik.
Analisa hasil uji impak pada pengelasan friction stir welding dengan variasi
diameter tool shoulder didapat harga impak (HI) yang tidak sama. Pengelasan dengan
variasi diameter tool shoulder 16 mm didapat harga impak rata-rata sebesar 1,5867
J/mm2, untuk variasi diameter tool shoulder 18 mm harga impak rata-rata sebesar
1,6528 J/mm2 sedangkan untuk variasi diameter tool shoulder 20 mm harga impak
rata-rata sebesar 1,5217 J/mm2. | en_US |