dc.description.abstract | Penyakit malaria sampai saat ini masih menjadi masalah yang utama dalam
skala Internasional maupun Nasional. Morbiditas dan mortalitas malaria di Indonesia
masih tinggi akibat resistensi obat anti malaria dan radikal bebas yang berperan dalam
patogenesis malaria. Pada malaria, eritrosit yang mengandung Plasmodium sp. akan
merangsang keluarnya Th1 (T helper-1). Th1 ini akan menghasilkan interferongamma
(IFN-γ) yang akan merangsang keluarnya monosit dan makrofag untuk
melakukan fagositosis dan menghasilkan tumor necrosis factor-alpha (TNF-α) yang
akan merangsang keluarnya iNOS (inducible nitric oxide synthase) yang
menghasilkan radikal bebas yang dapat meningkatkan ekspresi adhesi molekul
seperti ICAM-1, VCAM-1, CD36, dan P-selectin (Lou, 2001). Keseimbangan antara
sitokin yang dikeluarkan oleh Th1 seperti TNF-α dan IFN-y serta sitokin yang
dikeluarkan oleh Th2 seperti IL-4 dan IL-10 dapat menentukan berat ringannya malaria.
Tingginya rasio karakteristik TNF-α /IL-10 pada pasien malaria serebral mencerminkan
produksi IL-10 tidak cukup untuk mencegah atau melawan penghambatan eritropoesis
dan peningkatan erythrophagocytosis yang diinduksi oleh TNF dan atau mengurangi
rangsangan pro-inflamatori (Philippe et al, 2012). Penelitian menunjukkan bahwa IL-
10 dapat menghambat produksi TNF-α dan IL-1. TNF-α dan ICAM-1 berperan penting
dalam terjadinya malaria serebral yang merupakan salah satu komplikasi malaria.
Bangle (Zingiber cassumunar Roxb.) mempunyai potensi untuk dikembangkan
sebagai terapi komplementer baru yang diharapkan dapat mencegah terjadinya
komplikasi malaria yang berakibat fatal. Tujuan penelitian ini menguji kemampuan
ekstrak Bangle (Zingiber cassumunar Roxb.) sebagai imunostimulan serta melihat efek
sinergi dengan obat antimalaria standar yaitu Artemisin secara in vivo dan membuat
formulasi granul efervesen yang dapat digunakan sebagai terapi komplementer pada
pengobatan malaria.
Sejumlah 25 ekor mencit Balb/C jantan dibagi dalam 5 kelompok masingmasing
terdiri atas 10 ekor mencit. Kelompok perlakuan distimulasi dengan fraksi
metanol ekstrak Bangle selama 14 hari berturut-turut, kemudian diinfeksi Plasmodium
berghei. Pemberian fraksi metanol ekstrak Bangle ataupun Artemisinin diberikan
apabila diketahui positif terinfeksi malaria. Semua kelompok diperiksa derajat
parasitemianya tiap hari. Lama pemberian terapi selama 7 hari, merujuk pada regimen
dosis Artemisinin yang diberikan secara peroral 0,04 mg/g BB/hari selama 7 hari (Fitri
et al., 2009). Hasil penelitian membuktikan bahwa pemberian Artemisinin dikombinasi
fraksi metanol ekstrak Bangle dapat menghambat ekspresi gen ICAM-1 dan
meningkatkan IL-10 pada mencit Balb/C yang diinfeksi Plasmodium berghei ANKA
secara signifikan dan memberikan hasil yang lebih baik jika dibandingkan dengan terapi
Artemisinin atau fraksi metanol ekstrak Bangle secara tunggal. Hasil akhir dari
penelitian adalah menghasilkan sediaan herbal terstandar berbahan baku fraksi aktif
Bangle (Zingiber cassumunar Roxb.) sebagai terapi komplementer pada malaria yang
efektif, aman, memiliki keajegan khasiat, mudah digunakan dan memiliki stabilitas
bahan aktif yang baik untuk mencegah terjadinya komplikasi pada malaria. | en_US |