KONFLIK ANTAR PENDUKUNG KYAI (Study Kasus di Desa tambak Ukir Kecamatan Kendit Kabupaten Situbondo )
Abstract
Perbedaan afiliasi politik Kyai Fawaid dan Kyai Cholil membuat para
pendukungnya pecah menjadi dua kubu, sehingga memunculkan konflik dikalangan
pengikutnya terutama masyarakat Desa Tambak Ukir yang memiliki kepatuhan dan
ketundukan kepada kedua Kyai tersebut. Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk
menjelaskan tentang proses yang melatarbelakangi konflik dan mendiskripsikan tipe
konflik serta menganalisis bentuk dari simbolisasi konflik yang terjadi di Desa
Tambak Ukir.
Penelitian ini merupakan penelitian diskriptif kualitatif dengan menggunakan
tekhnik snowball sampling dalam pengambilan sample, peneliti melakukan
pembagian informan kedalam dua kategori, yaitu informan kunci dan informan
tambahan. Dengan metode tersebut diperoleh 1 informan kunci dan 7 informan
sebagai data primer dan tiga informan sekunder. Penelitian ini dilakukan di Desa
Tambak Ukir Kecamatan Kendit Kabupaten Situbondo, memilih lokasi ini karena
komposisi jumlah penduduknya berimbang sebagai pendukung kedua Kyai yang
menjadi panutan pada masyarakat tersebut dan terdapat konflik yang mencuat
kepermukaan (manifest) sebagai bentuk dari konflik terbuka. Data diperoleh dengan
cara observasi langsung dan melakukan wawancara secara mendalam kepada
informan, serta mengumpulkan data dalam bentuk dokumentasi.
Berdasarkan metode penelitian yang disampaikan di atas, penulis
menyimpulkan bahwa masyarakat Desa Tambak Ukir memiliki rasa ketaatan dan
kesetiaan yang tinggi terhadap dua Kyai bersaudara, yakni Kyai Fawaid As’ad dan
Kyai Cholil As’ad. Kedua Kyai ini sama-sama memiliki tempat yang istimewa di hati
masyarakat, sehingga terbentuk ikatan emosional yang kuat antara Kyai dan
masyarakat tersebut. hal tersebut membuat masyarakat pecah menjadi dua kubu
(Kubu Kyai Fawaid dan Kyai Cholil).
Sebelum terjadi pemencaran kepemimpinan Kyai dalam afiliasi politik
praktis, kehidupan masyarakat Desa Tambak Ukir relatif rukun dan tidak terdapat
konflik yang mencuat ke permukaan (manifest), hal itu terlihat adanya satu masjid
yang merupakan simbol dari terciptanya kerukunan antar sesama masyarakat, tetapi
pada saat terjadi perbedaan dalam afiliasi partai politik antara Kyai Fawaid dengan
Kyai Cholil, konflik mulai muncul pada masyarakat Desa Tambak Ukir. Puncak
konflik tersebut ditandai dengan berdirinya masjid baru sebagai masjid tandingan
yang merupakan refleksi dari perlawanan dan rasa permusuhan kubu Kyai Fawaid
terhadap kubu Kyai Cholil. Selain itu, konflik juga mengakibatkan pecahnya
masyarakat dalam menjalankan kegiatan keagamaan, seperti : Sholat Jum’at,
perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW., pengajian bahkan menghadiri acara
tahlilan ketika ada masyarakat setempat meninggal dunia. Semua itu tidak akan
dihadiri oleh masyarakat yang berbeda dukungannya pada masing-masing Kyai (Kyai
Fawaid dan Kyai Cholil).