KONTINUASI UPWARD ANOMALI BAWAH PERMUKAAN MEMANFAATKAN DATA MAGNETIK DI DAS BEDADUNG WILAYAH KOTA JEMBER
Abstract
Metode magnetik adalah metode geofisika yang digunakan untuk menentukan
jenis material bawah permukaan pada kedalaman tertentu dengan mengidentifikasi
sifat kemagnetan batuan yang terukur di permukaan bumi berdasarkan variasi nilai
suseptibilitas magnetiknya. Data anomali total magnetik diperoleh dari sensor alat
pada beberapa ketinggian di atas permukaan tanah dalam pengambilan data lapang.
Hal ini secara langsung dapat mempengaruhi anomali magnet dalam ukuran bentuk,
amplitudo, dan luasan. Akibatnya, anomali pada objek yang diteliti mengalami
gangguan pada ketinggian tertentu sehingga dapat mengurangi keakuratan akuisisi
dari data. Oleh karena itu, peneliti melakukan pengembangan terhadap pengolahan
data magnetik dengan memanfaatkan operasi matematis dengan analisa spektral
bahasa algoritma program komputer kontinuasi dalam bentuk filter kontinuasi
upward dengan mengidentifikasi anomalinya. Kontinuasi upward dilakukan untuk
mendapatkan anomali regional yang lebih representatif sehingga objek yang diteliti
dapat dijelaskan secara detail. Anomali regional yang lebih representatif akan
menghasilkan anomali lokal (residual) yang baik sehingga pada tahap interpretasi
dapat dihasilkan suatu hasil interpretasi yang lebih akurat.
Pada penelitian ini data awal yang diperoleh merupakan data lapang anomali
total magnetik dari masing-masing lintasan di sekitar DAS Bedadung wilayah Kota
Jember. Kemudian data tersebut diolah dengan menggunakan Surfer untuk
mendapatkan tampilan dari masing-masing lintasan dalam bentuk kontur. Tampilan
kontur tersebut selanjutnya didigitasi pada masing-masing lintasan untuk digunakan
sebagai masukan data dalam pengolahan menggunakan Magpick dan program kontinuasi dari matlab dengan memanfaatkan filter kontinuasi upward. Kontinuasi upward dilakukan dengan variasi pengangkatan tinggi pada masing-masing lintasan mulai dari 1 m hingga 30 m untuk mengetahui hasil tampilan anomali magnetik yang lebih jelas mengeni tata letaknya. Kemudian tampilan filter kontinuasi upward anomali magnetik antara keduanya dibandingkan mengenai kecocokan dalam pengolahan data menggunakan program kontinuasi dari matlab dan program Magpick. Pengolahan data menggunakan filter kontinuasi upward pada salah satu contoh lintasan yaitu lintasan 1 yang berada di DAS Bedadung Kecamatan Ajung menghasilkan hasil filter kontinuasi upward anomali magnetik kedua program menunjukkan tampilan yang mendekati sama antara pengolahan data menggunakan Magpick dan program kontinuasi dari matlab dengan perbedaan akurasi kecocokan sekitar 0,93 % antara keduanya. Perbedaan ini disebabkan karena pada tampilan program yang dibuat dari matlab masih membutuhkan filter lain untuk menghilangkan adanya variasi gangguan lain (noise) dalam pengolahan data. Akan tetapi, hasil pengolahan data program kontinuasi yang dibuat dari matlab menghasilkan tampilan yang sesuai dengan Magpick sehingga program kontinuasi yang dibuat dari matlab juga dapat digunakan untuk mengolah data magnetik geofisika lebih lanjut dalam bentuk tampilan 1-D. Selain itu, diperoleh juga mengenai susunan lapisan material penyusun DAS Bedadung wilayah Kota Jember secara umum pada masing-masing lintasan yaitu berupa tanah litosol dan regusol yang mempunyai tingkat kesuburan baik dan cocok untuk digunakan sebagai lahan pertanian.