HUBUNGAN PENINGKATAN NILAI LAJU ENDAP DARAH TERHADAP KEJADIANSINDROM KORONER AKUT DAN STABLE ANGINA DI RSD DR.SOEBANDI KABUPATEN JEMBER
Abstract
Penyakit jantung koroner menjadi salah satu penyakit tidak menular utama yang ditetapkan oleh WHO. Hal ini karena angka kejadian dan kematian dari penyakit jantung koroner masih cukup tinggi. Sindrom koroner akut merupakan salah satu manifestasi klinis dari penyakit jantung koroner. Sindrom koroner akut terbagi menjadi 3 spektrum, yaitu unstable angina, NSTEMI, dan STEMI (PERKI, 2015).
Sindrom koroner akut terjadi karena adanya trombus oklusif pada pembuluh darah koroner. Trombus ini terbentuk apabila terjadi ruptur dari plak aterosklerotik yang terdapat pada pembuluh darah (Gough 2006; Lenglet dkk. 2013). Saat ini, muncul paradigma baru bahwa ruptur plak aterosklerotik yang memicu SKA terkait dengan respons inflamasi vaskuler (Fong, 2002). Insisasi terbentuknya aterosklerosis pada dasarnya merupakan inflamasi kronis pada dinding arteri (Ross R, 1999). Nilai laju endap darah merupakan salah satu marker terjadinya inflamasi yang bisa diukur dengan cara yang mudah dan biaya yang cukup murah. Menurut Erikssen et al, nilai laju endap darah dapat digunakan sebagai marker aterosklerosis dan prediktor untuk mortalitas dari penyakit cardiovaskuler. Tujuan dari penelitian ini adalah membuktikan adanya hubungan antara nilai laju endap darah dengan kejadian sindrom koroner akut dan stable angina.
Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang dilakukan adalahanalitik observasional dengan menggunakan design studi cross sectional. Data dari penelitian ini didapatkan dari rekam medis pasien sindrom koroner akut di RSD dr.Soebandi
Jember. Sampel adalah pasien dengan diagnosis SKA meliputi unstable angina, NSTEMI, dan STEMI, serta pasien rawat jalan yang didiagnosis stable angina. Kriteria eksklusi dari penelitian ini adalah pasien atau individu yang sedang mendapat terapi antibiotik dan antiinflamasi; pasien atau individu yang menderita anemia, sirosis hepatis, sindrom nefrotik; pasien atau individu yang mengalami leukositosis, hipoalbuminemia; dan pasien atau individu yang mengalami peradangan dan infeksi. Kelompok dibagi menjadi empat yaitu Kelompok stable angina, kelompokUA, kelompok NSTEMI, dan kelompok STEMI. Besar sampel untuk masing-masing kelompok adalah 10 pasien. Teknik pemilihan sampel menggunakan simple random sampling.
Variabel bebas (independen) dalam penelitian ini adalah nilai laju endap darah. Variabel terikat (dependen) dalam penelitian ini adalah kejadian sindrom koroner akut di RSD dr.Soebandi Jember. Nilai laju endap darah sampel untuk tiap kelompok dikategorikan menjadi normal dan meningkat. Pengkategorian ini berdasarkan pada nilai normal pemeriksaan LED di laboratorium RSD dr.Soebandi, yakni <15mm/jam untuk laki-laki dan <20mm/jam untuk perempuan.
Untuk mengetahui distribusi normal dari kelompok dilakukan Uji Normalitas Shapiro Wilk. Analisis statistik yang digunakan untuk mengetahui hubungan peningkatan nilai laju endap darah dengan kejadian sindrom koroner akut menggunakan Two-sample Kolmogorov-Smirnov test.
Hasil penelitian ini didapatkan nilai laju endap darah rata-rata kelompok stable sebesar 12,1 mm/jam;kelompok UA 20,7 mm/jam;kelompok NSTEMI 28,9 mm/jam; dan kelompok STEMIsebesar 25,3 mm/jam. Kelompok stable angina memiliki nilai laju endap darah yang masih normal sedangkan kelompok UA, NSTEMI, dan STEMI sudah mengalami peningkatan nilai LED lebih dari nilai normal. Pada analisis data diperoleh nilai significancy 0,001 (sig<0,05) yang berartiterdapat hubungan peningkatan nilai laju endap darah terhadap kejadian sindrom koroner akut dan stable angina di RSD dr.Soebandi Kabupaten Jember.
Collections
- UT-Faculty of Medical [1487]