EFEK PENAMBAHAN VITAMIN C TERHADAP AKTIVITAS CIPROFLOXACIN DALAM PENGHAMBATAN PERTUMBUHAN Pseudomonas aeruginosa SECARA IN VITRO
Abstract
Pseudomonas aeruginosa merupakan bakteri yang menyebabkan infeksi
nosokomial. Bakteri ini menyebabkan pneumonia yang disebabkan oleh
penggunaan ventilator di ruang Intensive Care Unit dengan tingkat mortalitas
tinggi. Selain itu Pseudomonas aeruginosa merupakan bakteri penyebab otitis,
keratitis, dan osteomielitis. Ciprofloxacin merupakan antibiotik pilihan untuk
infeksi yang disebabkan Pseudomonas aeruginosa namun resistensi ciprofloxacin
di Indonesia dilaporkan meningkat. Penyebab meningkatnya resistensi adalah
terbentuknya faktor resistensi yaitu biofilm dan efflux pump yang berhubungan
dengan pembentukan reactive oxygen species (ROS). Vitamin C merupakan
suplemen harian masyarakat Indonesia yang memiliki kandungan antioksidan
tinggi. Antioksidan dapat menetralisir ROS yang dihasilkan oleh bakteri. Tujuan
penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa terdapat efek kombinasi
ciprofloxacin dan vitamin C terhadap pertumbuhan bakteri Pseudomonas
aeruginosa secara in vitro, dan mengetahui konsentrasi minimum vitamin C yang
dapat mempengaruhi aktivitas antibiotik ciprofloxacin.
Penelitian dilaksanakan pada bulan November-Desember 2015 di
Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Jember. Kombinasi
obat yang digunakan pada penelitian ini adalah ciprofloxacin 5μg/μl yang
dikombinasi dengan vitamin C dengan 5 konsentrasi yaitu 2,5 mg/ml; 5 mg/ml;
10 mg/ml; 20 mg/ml; 40 mg/ml. Pada kelompok kontrol positif (K+) diberikan
ciprofloxacin 5μg/5μl, kelompok kontrol negatif (K-) diberikan aquabidest 5 μl.
Penelitian ini menggunakan metode disc diffusion yaitu dengan cara meneteskan
larutan pada cakram kosong yang selanjutnya diletakkan pada cawan berisi
Mueller Hinton Agar yang telah diinokulasi bakteri Pseudomonas aeruginosa.
Diameter zona hambat tiap konsentrasi berturut-turut 2,5 mg/ml; 5 mg/ml; 10
mg/ml; 20 mg/ml; 40 mg/ml adalah 23,06; 23,98; 25,72; 26,43; 27,75 mm
sedangkan kontrol positif menghasilkan diameter zona hambat 22,56 mm yang
menunjukan terapi yang digunakan masih sensitif (≥21mm) terhadap
P.aeruginosa namun bakteri tersebut mudah menjadi resisten pada terapi inisial
atau terapi jangka panjang sehingga dibutuhkan diameter zona hambat yang
tidakmendekati ambang batas sensitif.
Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan uji korelasi pearson
dan uji regresi logaritmik. Hasil uji korelasi pearson menunjukan bahwa ada
hubungan yang signifikan antara variabel bebas dan variabel terikat dengan arah
korelasi bersifat positif dan keeratan yang sangat kuat. Dengan kata lain semakin
besar kosentrasi vitamin C yang diberikan maka dapat meningkatkan diameter
zona hambat P.aeruginosa pada MHA. Pada uji beda One Way Anova diketahui
bahwa terdapat perbedaan yang bermakna dari pengaruh pemberian kombinasi
ciprofloxacin dan vitamin C terhadap diameter zona hambat yang terbentuk. Pada
Post Host Test diketahui bahwa tidak ada perbedaan antara kontrol positif dan
kelompok kombinasi ciprofloxacin dan vitamin C 2,5mg/ml. Uji regresi
logaritmik didapatkan persamaan regresi Y=21,458+1,707ln(X). Dari persamaan
tersebut diketahui bahwa konsentrasi vitamin C 1,9 mg/ml yang ditambahkan
pada ciprofloxacin mulai mampu menambah penghambatan pertumbuhan
P.aeruginosa pada media MHA. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah
penambahan vitamin C memiliki efek meningkatkan aktivitas ciprofloxacin dalam
penghambatan pertumbuhan P.aeruginosa secara in vitro dan konsentrasi
minimum vitamin C yang mempengaruhi aktivitas ciprofloxacin terhadap
penghambatan pertumbuhan P.aeruginosa adalah sebesar 1,9 mg/ml.
Collections
- UT-Faculty of Medical [1487]