ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SOAL PISA MENGGUNAKAN MODEL IDEAL PADA SISWA USIA 15 TAHUN DI SMA NURIS JEMBER
Abstract
Analisis kemampuan pemecahan masalah soal pisa menggunakan model ideal pada siswa usia 15 tahun di SMA nuris jember; Anas Ma’ruf Annizar, 120210101015; 2015, 97 halaman, Program Studi Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jember.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan pemecahan masalah soal PISA menggunakan model IDEAL pada siswa usia 15 tahun. Penelitian ini menggunakan beberapa instrumen, yakni tes kemampuan pemecahan masalah soal PISA yang telah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, angket , pedoman wawancara, serta rubrik penilaiannya. Subyek penelitian ini adalah 7 siswa dari kelas X-B SMA Nuris Jember, yang terdiri dari siswa berkemampuan matematika tinggi, sedang, dan rendah berturut-turut berjumlah 2 siswa, 3 siswa, dan 2 siswa. Pengambilan data dimulai tanggal 16 September 2015 sampai tanggal 16 Oktober 2015. Metode pengumpulan datanya meliputi metode tes, angket, serta wawancara. Hasil validasi dari ke empat instrumen yakni rubrik penilaian, angket, pedoman wawancara, dan tes kemampuan pemecahan masalah baik dari segi konstruksi maupun isi, berturut-turut adalah 3,83; 4; 4; 4; 3,84. Artinya keseluruhan data dapat dikatakan valid bahkan ada pula yang termasuk kategori sangat valid.
Pengambilan subjek dilakukan dengan metode Snowball Throwing hingga keseluruhan data dianggap jenuh. Kriteria jenuh dalam penelitian ini adalah ketika 2 siswa yang memiliki kemampuan matematika sama tergolong dalam kelas interval kemampuan pemecahan masalah yang sama pula. Adapun skor kemampuan pemecahan masalah dari ketujuh subyek penelitian adalah sebagai berikut: Dua siswa yang berkemampuan matematika tinggi mendapat skor 25,2 dan 24,4, dan keseluruhan skor termasuk dalam kelas interval yang ke-5. Sedangkan tiga siswa yang berkemampuan matematika sedang mendapat skor 17,4; 21,4; 18,8, sehingga berturut-turut termasuk dalam kelas interval yang ke-3,
ix
ke-4, dan ke-4. Dua siswa yang berkemampuan matematika rendah mendapat skor 15 dan 15,4, sehingga keseluruhan skor termasuk dalam kelas interval yang ke-3.
Setelah dilakukan analisis didapatkan hasil bahwa siswa berkemampuan matematika tinggi memiliki beberapa kecenderungan dalam memecahkan masalah. Kecenderungan tersebut diantaranya dapat menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan secara lengkap serta menggunakan simbol yang benar, selain itu cenderung menuliskan dan melaksanakan 1 strategi dengan benar. Siswa berkemampuan matematika tinggi juga memiliki kecenderungan untuk melakukan refleksi pada bagian kalkulasi dan penggunaan rumus paling sedikit sebanyak 2 kali. Sedangkan siswa berkemampuan matematika sedang memiliki beberapa kecenderungan, yaitu cenderung untuk dapat menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan dengan lengkap serta menggunakan simbol yang benar. Siswa ini cenderung menuliskan 1 strategi dan melaksanakannya meskipun strategi tersebut masih belum benar. Selain itu siswa dalam kategori sedang cenderung melakukan refleksi hanya pada bagian kalkulasi atau penggunaan rumus sebanyak satu kali. Sedangkan siswa berkemampuan matematika rendah memiliki beberapa kecenderungan dalam memecahkan masalah, yakni cenderung untuk dapat menuliskan apa yang diketahui dan ditanya dengan lengkap, namun masih belum menggunakan simbol yang benar. Siswa berkemampuan matematika rendah cenderung menuliskan 1 strategi, meskipun strategi yang dimaksud masih belum benar dan melaksanakan strategi yang masih belum benar tersebut. Selain itu terdapat kecenderungan untuk tidak melakukan refleksi atau pengkoreksian kembali.
Dari hasil penelitian ini, Guru dapat mengetahui kemampuan pemecahan masalah siswa, sehingga dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai data awal untuk mengetahui kemampuan siswa dalam pemecahan masalah guna menentukan tindakan dan metode pembelajaran yang sesuai dengan tingkat kemampuan pemecahan masalahnya. Tidak hanya itu namun juga dapat menjadi awal melatih siswa lebih memahami soal-soal PISA.