EFEK KOMBINASI N-ASETILSISTEIN DAN CIPROFLOXACIN TERHADAP PERTUMBUHAN Pseudomonas aeruginosa SECARA IN VITRO
Abstract
Pseudomonas aeruginosa merupakan salah satu bakteri yang dapat menyebabkan berbagai macam infeksi antara lain infeksi kulit, infeksi pada selaput otak, infeksi saluran kencing, infeksi saluran pernafasan seperti fibrosis kistik, dan lain-lain. Pengobatan infeksi akibat Pseudomonas aeruginosa salah satunya dapat menggunakan golongan fluoroquinolon yakni ciprofloxacin. Obat ini berspektrum luas dan memblok sintesis DNA bakteri sehingga dapat mencegah proses transkripsi dan replikasi bakteri. Namun pada beberapa kasus didapatkan bahwa Pseudomonas aeruginosa mulai resisten terhadap banyak agen antimikrobial setelah pemberian terapi antibiotik inisial atau terapi jangka panjang.
Pengobatan infeksi akibat Pseudomonas aeruginosa tidak jarang menggunakan lebih dari satu obat untuk mencegah terjadinya resistensi. Salah satu obat yang sering dikombinasikan dengan ciprofloxacin yakni N-asetilsistein. N-asetilsistein merupakan obat non antibiotik yang memiliki sifat antibakterial terhadap bakteri gram positif ataupun negatif. Sifat antibakterial pada N-asetilsistein (NAC) mampu mengurangi pembentukan biofilm berbagai macam bakteria dan mereduksi produksi matriks ekstraseluler polisakarida. Oleh karena itu peneliti ingin mengetahui efek kombinasi N-asetilsistein dan ciprofloxacin terhadap pertumbuhan Pseudomonas aeruginosa secara in vitro.
Penelitian ini dilakukan secara quasi eksperimental laboratories dengan rancangan post test only control group design dan menggunakan metode disc diffusion. Sampel yang digunakan merupakan bakteri Pseudomonas aeruginosa yang dibagi dalam 7 kelompok yaitu 5 kelompok perlakuan dan 2 kelompok kontrol (negatif dan
viii
ix
positif). Kelompok kontrol negatif berisi akuades, kontrol positif berisi antibiotik ciprofloxacin 1mg/ml, dan kelompok perlakuan berisi N-asetilsistein konsentrasi 1,25 mg/ml, 2,5 mg/ml, 5 mg/ml, 10 mg/ml, dan 20mg/ml kombinasi dengan ciprofloxacin konsentrasi tetap 1mg/ml. Cawan yang berisi kelompok penelitian diinkubasi pada suhu 35-37°C selama 18-20 jam kemudian diukur diameter zona terang pada media menggunakan jangka sorong. Setelah itu hasil penelitian di analisis statistik.
Pada penelitian ini didapatkan rerata diameter zona hambat pada kelompok kontrol negatif 6 mm (ukuran cakram disk), kontrol positif sebesar 26,56 mm, perlakuan I konsentrasi 1,25mg/ml sebesar 24,33 mm, perlakuan II konsentrasi 2,5mg/ml sebesar 25,02 mm, perlakuan III konsentrasi 5mg/ml sebesar 26,02 mm, perlakuan IV konsentrasi 10mg/ml sebesar 26,76 mm, perlakuan V konsentrasi 20mg/ml sebesar 27,18 mm. Hasil uji normalitas didapatkan nilai p > 0,05 yang menunjukkan data terdistribusi normal. Pada uji Levene’s didapatkan nilai 0,058 lebih dari 0,05 yang berarti data memiliki varian yang sama. Kemudian data dianalisis menggunakan korelasi Pearson didapatkan nilai signifikansi < 0,01 dan nilai koefisien sebesar 0,652 yang menunjukkan hubungan antar keduanya kuat. Lalu dilanjutkan dengan uji regresi logaritmik untuk mengetahui pengaruh variabel bebas (konsentrasi N-asetilsistein dalam kombinasi) terhadap variabel terikat (diameter zona hambat) didapatkan persamaan Y = 24,134 + 1,073 lnX dengan nilai R Square 0.409 atau sebesar 40.9%.
Penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh kombinasi N-asetilsistein dan ciprofloxacin terhadap pertumbuhan Pseudomonas aeruginosa dengan hasil melebihi kontrol positif secara kuantitatif ketika konsentrasi N-asetilsistein 9,593 mg/ml.
Collections
- UT-Faculty of Medical [1487]