EVALUASI KINERJA ANGKUTAN PERKOTAAN PADA TRAYEK RANTING DI JEMBER
Abstract
Transportasi merupakan kegiatan yang berperan sebagai urat nadi pembangunaan
dan perekonomian suatu daerah. Namun, layanan transportasi di kawasan perkotaan
dihadapkan oleh kompleksitas kondisi transportasi yang telah ada. Beberapa
kondisi transportasi kota yang buruk, yaitu: kemacetan lalu lintas (traffic jam)
dan lalu lintas merambat (traffic congestion), kesemrawutan lalu lintas, polusi udara
dari knalpot mobil-mobil tua, kendaraan umum yang tidak aman, nyaman, dan
tidak tepat waktu, kebijaksanaan pemerintah yang memanjakan penggunaan
kendaraan pribadi dan mengabaikan pembinaan pada transportasi angkutan
umum. Menurut Hesti (2008), semua trayek angkutan umum Kota Jember melakukan
penyimpangan trayek. Angkutan umum yang memiliki pelayanan kinerja baik yaitu
trayek H dengan rata-rata skor penilaian pembobotan 4, yang memiliki pelayanan
kinerja cukup yaitu trayek A, B, C, D, E, G, K, N, R dengan rata-rata skor penilaian
pembobotan 3 dan yang memiliki pelayanan kinerja buruk yaitu L, O, P, Q, T, V
dengan rata-rata skor penilaian pembobotan 2, sedangkan untuk faktor muat yaitu
antara 40,91 % - 145 %.
Evaluasi kinerja angkutan umum pada trayek ranting dalam perhitungannya
membutuhkan data dari survai dinamis dan statis. Data yang digunakan pada survai
dinamis antara lain, jumlah penumpang naik turun, waktu tempuh per segmen.
Sedangkan data dari survai statis antara lain jumlah armada beroperasi, jumlah
penumpang tiba dan berangkat, dan jam tiba dan berangkat.. Perencanaan sistem
pengelolaan angkutan kota berpedoman pada pedoman teknis penyelenggaraan
angkutan penumpang umum di wilayah perkotaan dalam trayek tetap dan teratur.
x
Berdasarkan pembobotan kinerja angkutan perkotaan pada trayek ranting
dapat disimpulkan bahwa parameter kinerja angkutan perkotaan yang buruk
dengan penilaian pembobotan 1 yaitu meliputi faktor muat, jumlah trip, jarak
tempuh, dan jumlah penumpang/kendaraan/hari. Rendahnya jumlah penumpang
kemungkinan disebabkan oleh meningkatnya pengguna kendaraan pribadi dan
juga menurunnya tingkat pelayanan angkutan yang meliputi tidak adanya jadwal
pemberangkatan, lamanya waktu tunggu, dan juga umur kendaraan yang terlalu
tua. Hal ini juga mengakibatkan rendahnya faktor muat angkutan perkotaan tiap
kendaraan dan juga mengakibatkan sedikitnya jumlah trip/kendaraan/hari.
Sedangkan untuk jarak tempuh angkutan perkotaan pada trayek ranting tidak
memenuhi standar pelayanan angkutan umum menurut World Bank yaitu 230-260
km/kendaraan/hari. Namun berdasarkan kondisi di lapangan jarak
tempuh/kendaraan/hari antara 36-103,2 km/kendaraan/hari. Hal ini juga
disebabkan oleh rendahnya pengguna angkutan umum sehingga mengakibatkan
lamanya waktu nge-time angkutan umum. Kinerja angkutan umum pada trayek
ranting masuk dalam kriteria buruk. Adapun Trayek yang memiliki kriteria Cukup
yaitu trayek C, G, dan H, trayek yang memiliki kriteria buruk yaitu trayek L, N, O,
P, Q, R, sedangkan trayek yang masuk dalam kriteria sangat buruk yaitu trayek R.
Collections
- UT-Faculty of Engineering [4096]