dc.description.abstract | Computer Vision Syndrome (CVS) adalah sekelompok masalah okuler (mata dan penglihatan) yang dialami oleh orang yang bekerja dengan komputer pada jarak dekat dan dalam waktu yang lama. Semua aktivitas yang berhubungan dengan penggunaan komputer pada jarak dekat dan dalam waktu yang lama akan mengakibatkan kerja otot siliaris meningkat dan daya akomodasi mata menurun sehingga mata menjadi tegang yang berakibat pada penurunan frekuensi kedipan mata. Kondisi ini mengakibatkan penurunan produksi air mata sehingga berdampak pada timbulnya CVS. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan gejala CVS pada operator komputer warung internet di Kelurahan Sumbersari Kabupaten Jember. Operator komputer warung internet memiliki jam kerja > 2 jam dalam sehari dan memiliki ruang gerak yang terbatas karena memiliki tugas untuk mengawasi billing dan pelanggan. Operator komputer warung internet memilih untuk menghabiskan waktu dengan bermain games, menonton film atau video saat bekerja dengan komputer sehingga operator komputer mengeluhkan gejala CVS. Bekerja dengan visual (penglihatan) dan fisik yang lelah dapat mengakibatkan produktivitas menurun, mengurangi kepuasan kerja dan dapat mempengaruhi kesehatan mata.
Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 44 dari 80 pekerja atau operator komputer warung internet di Kelurahan Sumbersari Kabupaten Jember. Selain itu, untuk mendapatkan sampel dengan probabilitas yang sama atau sebanding, maka pemilihan sampel dalam penelitian ini menggunakan proportional random sampling. Variabel terikat (dependent variable) dalam penelitian ini adalah keluhan atau gejala CVS, dan variabel bebas (independent variable) dalam penelitian ini adalah faktor individu, kondisi kerja dan Visual Dislplay Terminal (VDT). Dalam penelitian ini, metode yang digunakan untuk pengumpulan data adalah kuesioner, wawancara, observasi, pengukuran tingkat pencahayaan dan dokumentasi. Analisa data dilakukan dengan menggunakan uji statistik Chi Square dan Contingency Coefficient.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang siginifikan antara faktor individu yaitu waktu istirahat mata 20/20/20 dengan gejala CVS (p value = 0,006) RR = 0,146, frekuensi berkedip dengan gejala CVS (p value = 0,000) RR = 0,070. Terdapat hubungan yang signifikan antara faktor kondisi kerja yaitu durasi kerja dengan gejala CVS (p value = 0,046) RR = 0,186, tingkat pencahayaan buatan dengan gejala CVS (p value = 0,000) RR = 0,146 dan tingkat pencahayaan alami dengan gejala CVS (p value = 0,000) OR = 0,015, penggunaan Air Conditioner dengan gejala CVS (p value = 0,033) OR = 0,200. Terdapat hubungan yang signifikan antara faktor VDT yaitu pengaturan VDT dengan gejala CVS (p value = 0,000) RR = 0,146. Selain itu, pada hasil penelitian ini juga diperoleh bahwa terdapat beberapa faktor individu dan VDT yang tidak berhubungan dengan gejala CVS. Faktor individu yang tidak berhubungan dengan gejala CVS yaitu usia (p value = 0,202) dan masa kerja (p value = 0,463) dan faktor VDT yang tidak berhubungan dengan gejala CVS yaitu jenis layar VDT (p value = 0,181) dan polaritas VDT (p value = 0,488). Frekuensi gejala CVS ditemukan pada 35 responden (79,5%) mengeluhkan gejala CVS dan selebihnya tidak mengeluhkan gejala CVS sebanyak 9 responden (20,5%).
Berdasarkan hasil penelitian ini, diharapkan pemilik warung internet untuk memberikan jaminan kesehatan bagi pekerja, menjaga aliran udara AC tetap bersih, menggunakan pencahayaan campuran, durasi kerja > 2 jam saat menggunakan komputer harus lebih sering melakukan istirahat pendek dengan aturan 20/20/20, berusahalah untuk berkedip lebih sering, penggunaan air mata buatan untuk membantu lubrikasi permukaan okuler, pengaturan VDT yang baik dan benar, pemberian informasi dan edukasi tentang kesehatan kerja khususnya terkait CVS dan memberikan pelayanan kesehatan kerja pada pekerja sektor informal seperti operator komputer warung internet. | en_US |