HUBUNGAN KETERBATASAN AKTIVITAS FISIK PADA PASIEN ARTRITIS REUMATOID DENGAN TINGKAT KECEMASAN DI RUMAH SAKIT DAERAH DR. SOEBANDI KABUPATEN JEMBER
Abstract
Artritis reumatoid adalah penyakit inflamasi autoimun bersifat kronis, sistemik, dan sasaran utamanya adalah persendian kecil seperti persendian proximal interphalangeal dan metacarpophalangeal pada tangan. Prevalensi artritis reumatoid di Indonesia berkisar antara 0,2-0,5%, dengan wanita lebih banyak. Artritis reumatoid mengakibatkan kerusakan pada persendian dan menyebabkan keterbatasan aktivitas fisik. Kerusakan sendi dan keterbatasan aktivitas fisik merupakan salah satu faktor yang berkaitan dengan kejadian kecemasan pada pasien artritis reumatoid. Kecemasan adalah keadaan umum yang banyak dijumpai, dapat menyerang siapa saja, dimana saja dan kapan saja. Kecemasan tidak bisa dianggap remeh apabila mengganggu kualitas hidup pasien. Oleh karena itu, perlu diketahui hubungan keterbatasan aktivitas fisik dengan tingkat kecemasan pada pasien artritis reumatoid untuk mecegah dan meminimalkan dampak dari kecemasan yang dialami pasien. Tujuan penelitian adalah mengetahui hubungan antara keterbatasan aktivitas fisik dan tingkat kecemasan pada pasien artritis reumatoid di RSD. dr. Soebandi Kabupaten Jember. Hasil penelitian diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai bahan pertimbangan individu, masyarakat ataupun institusi untuk melakukan suatu tindakan/kebijakan sebagai cara untuk meminimalisasi terjadinya kecemasan pada pasien artritis reumatoid.
Jenis penelitian ini adalah analitik observasional dengan metode cross sectional. Populasi dari penelitian ini adalah pasien artritis reumatoid yang terdaftar di data rekam medis RSD. dr. Soebandi Kabupaten Jember dengan teknik pengambilan sampel yaitu consecutive sampling. Data responden yang diambil pada bulan November sampai dengan Desember 2015 menunjukkan responden berjumlah 32 orang yang sesuai kriteria inklusi dan tersebar di Kabupaten Jember. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah rekam medis, formulir informed consent, kuesioner Improved HAQ (Health Assesment Questionnaire) sebagai pengukur keterbatasan aktivitas fisik, dan kuesioner HADS-A (Hospital Anxiety Deppresion Scale Subscale Anxiety) sebagai pengukur tingkat kecemasan. Pengisian lembar kuisioner dengan teknik wawancara oleh tenaga terlatih yang didampingi peneliti kepada subyek setelah melalui informed consent. Data diambil dengan cara menghitung jumlah skor jawaban sampel pada kuesioner. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji korelasi Pearson.
Hasil penelitian menunjukkan dari total 32 responden, 4 responden dengan skor I-HAQ ≤10, 4 responden dengan skor I-HAQ 11-20, 9 responden dengan skor I-HAQ 21-30, 8 responden dengan skor I-HAQ 31-40, dan 7 responden dengan skor I-HAQ 41-50. Responden dengan tidak ada kecemasan berjumlah 16 orang, kecemasan ringan 9 orang, dan kecemasan sedang 7 orang. Distribusi tingkat kecemasan berdasarkan keterbatasan aktivitas fisik didapatkan responden normal atau tidak cemas berjumlah 16 orang terdiri atas responden dengan skor I-HAQ ≤ 10 sebanyak 4 orang, skor I-HAQ 11-20 sebanyak 3 orang, skor I-HAQ 21-30 sebanyak 7 orang, dan skor I-HAQ 31-40 sebanyak 2 orang. Responden dengan tingkat kecemasan ringan berjumlah 9 orang terdiri atas responden dengan skor I-HAQ 11-20 sebanyak 1 orang, skor I-HAQ 21-30 sebanyak 2 orang, skor I-HAQ 31-40 sebanyak 5 orang, dan skor I-HAQ 41-50 sebanyak 1 orang. Sementara itu, responden dengan tingkat kecemasan sedang berjumlah 7 orang terdiri atas responden dengan skor I-HAQ 31-40 sebanyak 1 orang dan responden dengan skor I-HAQ 41-50 sebanyak 6 orang. Berdasarkan uji korelasi Pearson, didapat nilai signifikansi (p) 0,00 dengan nilai koefisien korelasi (r) 0,810. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara keterbatasan aktivitas fisik pada pasien artritis reumatoid dengan tingkat kecemasan di Rumah Sakit Daerah dr. Soebandi Kabupaten Jember.
Collections
- UT-Faculty of Medical [1487]