dc.description.abstract | Tulisan ini dilatarbelakangi oleh pemahaman tentang kegagalan pemerintahan
Mao Zedong mengenai penerapan pembangunan sosialis Republik Rakyat Cina
(RRC). Kepemimpinan Mao yang mengutamakan kekuatan politik justru
menimbulkan banyak kerugian bagi RRC karena kelaparan bahkan pembantaian
yang dilakukan selama kampanye-kampanye politik yang dilakukan pada rezim
Mao Zedong, seperti Gerakan Seratus Bunga, Lompatan Jauh ke Depan dan
Revolusi Kebudayaan. Kegagalan tersebut menjadi salah satu landasan utama
Reformasi Ekonomi dilaksanakan pada era Deng Xiaoping. Selama pelaksanaan
Reformasi Ekonomi, RRC banyak mengalami perombakan baik dalam hal
ekonomi maupun politik. Reformasi Ekonomi RRC di bawah kepemimpinan
Deng Xiaoping memberlakukan ekonomi kapitalistik di bawah panji
pembangunan sosialis. Mekanisme ekonomi pasar, politik pintu terbuka, dan
Empat Modernisasi (Modernisasi Pertanian, Modernisasi Industri, Modernisasi
Pendidikan dan Teknologi, Modernisasi Pertahanan Nasional) merupakan bagian
dari kebijakan dalam kapemimpinan Deng. Selama pelaksanaan Reformasi
Ekonomi RRC mencapai pertumbuhan ekonomi yang mengesankan, RRC bahkan
menyandang status negara yang mencapai pertumbuhan ekonomi tertinggi di
dunia pada 1981 dengan Gross National Product (GNP) mencapai rata-rata 9.98%
dalam setahun. Selain pencapaian dalam meningkatkan perekonomian negara,
reformasi yang terjadi dilakukan RRC juga berdampak terhadap kondisi internal
Partai Komunis Cina (PKC) dalam kepemimpinan Deng Xiaoping. Perbedaan
pemikiran dalam partai memicu adanya faksionalisme pada koalisi pemerintahan
Deng menjadi dua kelompok yakni kelompok reformis dan kelompok konservatif dan militer | en_US |