dc.description.abstract | Minyak bumi yang merupakan bahan bakar dari fosil organisme-organisme
yang telah terpendam di bawah permukaan bumi berjuta-juta tahun yang lalu,
sehingga disebut sebagai sumber energi nonrenewable. Sumber energi ini telah lama
dieksploitasi, sehingga memiliki indikator geologi yang semakin terbatas. Dalam
mengatasi hal tersebut, survei geofisika sangat berperan dalam kegiatan eksplorasi
minyak. Terdapat tiga metode umum yang digunakan dalam eksplorasi geofisika,
salah satunya survei seismik yang merupakan langkah akhir dari eksplorasi sebelum
penentuan lokasi sumur pengeboran. Seismik refleksi merupakan teknik yang paling
banyak digunakan dalam eksplorasi hidrokarbon, teknik ini memberikan citra bawah
permukaan dalam 2D atau 3D.
Penelitian ini terdiri dari tiga langkah besar: (i) persiapan data, (ii) pengolahan
data, dan (iii) interpretasi seismik. Persiapan data dilakukan dengan cara
mengumpulkan data-data yang diperlukan, diantaranya yaitu: data survei regional,
data seismik, data log sumur, data marker dan data checkshot; dan kemudian
melakukan input data pada software. Langkah selanjutnya yaitu pengolahan data yang
meliputi beberapa tahapan, seperti pembuatan ekstraksi wavelet, membentuk
synthetic seismogram dan melakukan well-seismic tie serta korelasi sumur, sehingga
terbentuk sebuah penampang seismik yang siap untuk diinterpretasi. Interpretasi
seismik dimulai dari picking horizon dan/atau picking fault untuk mendapatkan
sebuah peta kontur struktur dalam domain waktu. Tujuan penelitian yaitu untuk
menghasilkan sebuah peta kontur struktur kedalaman. Oleh karena itu, domain peta
kontur struktur waktu harus mengubah domainnya menjadi kedalaman melalui proses konversi. Dalam hal ini dipergunakan dua metode konversi, yaitu metode Time-Depth
Curve dan metode Dynamic Depth Conversion. Kedua metode tersebut dipergunakan
untuk mengetahui metode konversi yang tepat, yang dapat diterapkan dengan baik
pada daerah penelitian. Penelitian ini menggunakan dua data sumur eksplorasi yang
berperan sebagai kontrol dan peningkatan kualitas data penelitian satu dan lainnya.
Metode Time-Depth Curve memanfaatkan kecepatan seismik yang terdapat
pada data check-shot secara rerata yang terukur dari titik awal pengukuran sampai
pada titik zona target untuk melakukan proses konversi Peta Kontur. Sedangkan pada
metode Dynamic Depth Conversion dengan penerapan unsur Kecepatan Interval dari
data seismik dan data marker dalam proses konversi untuk membentuk suatu Peta
Kontur Domain Kedalaman. Setelah proses konversi dilakukan, setiap peta konversi
tersebut akan diketahui posisi kedalaman pada lubang sumur yang sebenarnya.
Namun, setiap metode konversi yang diterapkan akan memberikan hasil keakuratan
yang bervariasi. Nilai keakuratan tersebut ditinjau dari seberapa besar nilai selisih
yang dihasilkan antara nilai kedalaman hasil konversi dengan nilai kedalaman
sesungguhnya pada lubang sumur (data marker), dengan semakin kecil selisih yang
terbentuk mengindikasikan peta kontur hasil konversi telah tepat dan sesuai dengan
kondisi geologi yang sesungguhnya pada zona target. Pada penelitian ini, lapisan Top
Sand 5 pada Sumur 1 menjadi daerah target dalam membandingkan hasil konversi
dari kedua metode yang diterapkan. Metode konversi Time-Depth Curve dengan
proses konversi yang dilakukan memberikan hasil selisih kedalaman terendah yaitu
sebesar 53 meter. Sedangkan pada metode Dynamic Depth Conversion mendapatkan
nilai selisih terendah sebesar 0 meter. Berdasarkan parameter keakuratan metode tersebut, dapat dikatakan bahwa metode Dynamic Depth Conversion mampu
mengonversikan peta kontur dengan baik untuk zona target penelitian Formasi
Missisauga dan peta kedalaman yang dihasilkan mampu menginterpretasikan sesuai
dengan kondisi geologi yang sesungguhnya, sehingga memberikan keyakinan yang
tinggi untuk melakukan kegiatan selanjutnya yaitu eksplorasi dan eksploitasi hidrokarbon pada lubang pengeboran sumur penelitian. | en_US |