dc.description.abstract | Laporan keuangan merupakan sumber informasi yang digunakan baik oleh
pihak internal maupun eksternal perusahaan untuk membuat keputusan-keputusan
ekonomi.Kemampuan perusahaan untuk mengadakan pancatatan dengan benar
merupakan salah satu aspek penting dalam penyusunan laporan keuangan karena
pencatatan akuntansi adalah sebagai dasar dalam penyusunan laporan keuangan
untuk setiap periode tertentu. Laporan keuangan yang akan digunakan oleh para
pemilik perusahaan maupun pihak-pihak di luar perusahaan harus mengacu pada
Standar Akuntansi Keuangan, yang merupakan pedoman dalam menilai, mancatat,
serta menyajikan harta, kewajiban, dan modal yang dimiliki perusahaan.
Muculnya konvergensi akuntansi internasional yang cenderung menggunakan
pendekatan nilai wajar (fair value) sebagai dsar pengukuran dan pelaporan
akuntansi menimbulkan perdebatan dalam beberapa tahun terakhir ini. Di
Indonesia, hal ini dirasakan ketika Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) melansir
rencana konvergensi standar akuntansi, sehingga diperlukan revisi menyeluruh
terhadap PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) sesuai dengan IFRS
(International Financial Reporting Standards).
Salah satu masalah atau kendala terpenting yang mungkin dihadapi dalam
penerapan IFRS mengharuskan banyak perusahaan atau entitas bisnis mengubah
pengukuran serta pelaporan akuntansinya yang sebagian besar berdasarkan pada
nilai historis (historical cost) menjadi pengukuran serta pelaporan berdasarkan
nilai wajar (fair value).
Semakin berkembang dan banyaknya usaha agrikultur, maka disusunlah
suatu standar akuntansi baru yaitu IAS 41. Agrikultur didefenisikan sebagai
manajemen dari tranformasi biologis tanaman dan hewan untuk menghasilkan
produk yang siap dikonsumsi atau yang masih membutuhkan proses lebih lanjut.
Sehingga penilaian dengan menggunakan nilai wajar harus
mempertimbangkan keseimbangan antara manfaat dan biayanya. Kemudahan
(simplicity) dalam perhitungan merupakan keuntungan utama dalam menerapkan
nilai wajar dibandingkan penggunaan nilai historis. Namun hingga saat ini belum
ada kesepakatan dalam literatur-literatur sebelumnya dalam hal apakah terjadi
volatilitas yang abnormal dalam pendapatan dan laba, relevansi nilai, perataan
pendapatan (income smoothing) serta terjadi peningkatan atau penurunan
profitabilitas akibat penerapan nilai wajar. (Maruli dan Mita, 2010)
Saat ini Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) sedang dalam proses
mengadopsi IAS 41 tentang Akuntansi Agrikultur kedalam PSAK. Sehingga
dalam penelitian ini, peneliti mengambil studi kasus pada MP Evans Group PLC
yang telah mengaplikasikan konsep penilai aset biologi dengan pendekatan
metode fair value untuk mengkaji bagaimana penyajiannya di dalam laporan
keuangan dan seberapa besar pengruhnya terhadap laporan keuangan perusahaan. | en_US |