UJI SITOTOKSISITAS DAN SELEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL TERPURIFIKASI Arcangelisia flava PADA SEL KANKER PAYUDARA MCF-7
Abstract
Kanker adalah salah satu penyakit yang sangat sulit ditangani dan menjadi
penyebab kurang lebih 13% kematian di seluruh dunia. Berdasarkan data WHO
pada tahun 2012, terdapat 14,1 juta kasus kanker dan diperkirakan akan terus
meningkat sampai tahun 2030 menjadi 23,6 juta kasus setiap tahunnya. Menurut
Riset Kesehatan Dasar dikatakan bahwa prevalensi penyakit kanker di Indonesia
sebesar 1,4% atau diperkirakan sekitar 347.792 orang.Kanker payudaramerupakan
tumor ganas yang tumbuh di sel-sel payudara. Tumor ganas adalah sekelompok
sel kanker yang dapat tumbuh menjadi jaringan sekitarnya atau menyebar ke
organ tubuh lain.
Menurut Tsao et al., Pengobatan penyakit kanker dengan efek samping
yang relatif kecil dan aman adalah dengan menggunakan bahan alam. Penggunaan
senyawa alam, sintesis atau agen biologis kimia untuk membalikkan, menekan
atau mencegah progresi karsinogenik hingga menjadi kanker yang invasif disebut
dengan agen kemoprevensi. Tumbuhan Arcangelisia flava memiliki kandungan
senyawa golongan alkaloid protoberberin, yang terdiri dari berberin, palmatin, dan
jatrorrhizin. Berberin memiliki banyak aktivitas yang mendukung sebagai
antikanker. Senyawa ini mampu menghambat pertumbuhan sel kanker payudara
MCF-7 dan MDA-MB-231.
Penelitian dilaksanakan mulai bulan Februari sampai bulan Agustus 2015
bertempat di Laboratorium Fitokimia Bagian Biologi Farmasi Fakultas Farmasi
Universitas Jember untuk pembuatan ekstrak etanol terpurifikasi A. flava, dan
Laboratorium Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada
Jogjakarta untuk uji sitotoksisitas in vitro. Penelitian ini untuk mengetahui efek
sitotoksik dari ekstrak terpurifikasi daun A. flava terhadap sel MCF-7. Uji
sitotoksik dilakukan dengan menggunakan metode MTT.
Pada penelitian sebelumnya, berdasarkan data dari Puspitasari et al.,
diketahui bahwa ekstrak etanol total daun A. flava memiliki aktivitas sitotoksik
yang selektif terhadap sel kanker payudara MCF-7 dengan nilai IC50 sebesar 136 ±
17μg/ml dan SI sebesar 9,85. Uji sitotoksik ekstrak terpurifikasi daun A. flava
terhadap sel kanker payudara memberikan hasil berupa penurunan jumlah sel
hidup seiring dengan peningkatan kadar. Semakin tinggi konsentrasi, maka
semakin rendah jumlah sel hidup. Pada konsentrasi larutan uji 100 μg/ml
menunjukkan presentase hidup sebesar 86,47 %; 200 μg/ml sebesar 80,53 %; 400
μg/ml 78,25 %; 700 μg/ml sebesar 74,17 %; 1.000 μg/ml sebesar 65,81 %.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini merupakan metode yang valid
karena nilai CV berada di bawah batas yang ditentukan yaitu 15,74 %, menurut
Vanderperren et al., batas maksimal yang diperbolehkan untuk uji menggunakan
sel adalah sebesar 30 %. Nilai IC50 rata-rata dari 3 eksperimen yaitu sebesar
1829,84 ± 288,2 μg/ml. Nilai IC50 yang diperoleh menunjukan bahwa ekstrak A.
flava terpurifikasi tidak memiliki potensi yang baik sebagai agen sitotoksik pada
sel kanker payudara karena nilai IC50 yang di dapatkan lebih dari 1.000 μg/ml.
Menurut Omoregie et al., suatu zat dikatakan tidak toksik bila nilai IC50> 1.000
μg/ml, karena hasil tidak memenuhi syarat uji sitotoksik maka tidak dilakukan uji
selektivitas. Untuk penelitian lebih lanjut, penulis menyarankan perlu dilakukan
penelitian lebih lanjut mengenai uji kombinasi antara ekstrak terpurifikasi A. flava
dan agen kemoterapi lainnya.
Collections
- UT-Faculty of Pharmacy [1469]