KELAYAKAN GENOTIPE KEDELAI SEBAGAI SUMBER GEN KETAHANAN TERHADAP INFEKSI KARAT DAUN KEDELAI PADA INOKULASI BUATAN
Abstract
Sejumlah varietas kedelai unggul Nasional di Indonesia telah dikembang-kan, dengan keunggulan terutama dalam hal produksi. Diantara varietas-varietas unggul tersebut yang telah dilepas, varietas yang memiliki keunggulan berkaitan dengan ketahanan terhadap penyakit khususnya karat daun kedelai belum banyak dilaporkan. Maka varietas kedelai unggul dengan keunggulan tahan terhadap karat daun kedelai perlu dikembangkan, dan ketersediaan sumber gen ketahanan sangat diperlukan. Ketersediaan sumber gen ketahanan tersebut dapat dilakukan dengan mengevaluasi respon ketahanan berbagai varietas kedelai unggul nasional terhadap karat daun kedelai yang telah dilepas.
Pengujian untuk mendapatkan genotipe kedelai sebagai sumber gen keta-hanan terhadap patogen karat daun telah dilakukan melalui inokulasi buatan patogen karat daun pada tanaman/daun tanaman uji di rumah kasa dan di labora-torium. Pada pengujian tersebut diuji delapan genotipe kedelai yaitu Mutiara (G1), slamet (G2), GHJ-6 (G3), GHJ-7 (G4), G1xG3 (G5), G2xG3 (G6), Sindoro (G7), dan Ringgit (8). Pada uji inokulasi delapan genotipe tersebut digunakan sebagai perlakuan, dan percobaan disusun berdasarkan rancangan acak lengkap (RAL) terdiri 8 perlakuan masing-masing dengan 3 ulangan. Uji beda nyata antar perlakuan dianalisis menggunakan uji Scott-knott 0,05.
Inokulasi patogen karat daun di laboratorium dan di rumah kasa masing-masing dilakukan melalui aplikasi tetesan dan penyemprotan suspensi uredios-pora patogen karat daun kedelai sebagai sumber inokulum untuk mengetahui respon setiap genotipe kedelai yang diuji terhadap infeksi karat daun kedelai. Berdasarkan hasil inokulasi, derajat ketahanan yang digunakan indikator untuk menentukan kelayakan setiap genotipe kedelai sebagai sumber gen ketahanan terhadap patogen karat daun kedelai ditentukan berdasarkan kode rating
vii
International Working Group on Soybean Rust (IWGSR), dengan memper-hatikan tingkat keparahan penyakit dan penurunan berat biji per tanaman.
Tujuh genotipe kedelai dari delapan genotipe yang diuji yaitu Mutiara (G1), slamet (G2), GHJ-6 (G3), GHJ-7 (G4), G1xG3 (G5), G2xG3 (G6), dan Sindoro (G7) terbukti menunjukkan respon ketahanan terhadap karat daun kedelai dengan derajat ketahanan berdasarkan kode rating IWGSR dikatagorikan tahan, dan satu genotipe yaitu Ringgit (G8) tergolong agak tahan. Maka apabila ditinjau dari derajat ketahanan, tujuh genotipe tersebut yang dikatagorikan tahan dan satu genotipe (Ringgit) yang agak tahan dapat dikatakan layak untuk diguna-kan sebagai sumber gen ketahanan. Namun tingkat kelayakan genotipe sebagai sumber gen ketahanan tersebut bervariasi, apabila dinilai dari keparahan penya-kit dan penurunan hasil yang terjadi khususnya pada komponen berat biji per tanaman.
Tiga genotipe (Mutiara, Slamet, dan GHJ-6) yang termasuk tahan dan telah digunakan sebagai tetua dalam persilangan, dengan mempertimbangkan tingkat keparahan penyakit dan penurunan berat biji per tanaman ternyata menunjukkan tingkat kelayakan berbeda dengan Sindoro sebagai pembanding tahan. Genotipe sindoro dengan keparahan penyakit paling ringan (26,79 persen) dan penurunan berat biji per tanaman paling rendah kurang dari 31 persen (30,92 persen) diantara delapan genotipe yang di uji, dengan tingkat kelayakan tinggi dipertimbangkan layak untuk dipilih sebagai sumber gen tetua tahan karat daun kedelai. Genotipe Mutiara (G1), Slamet (G2), GHJ-6 (G3), dan tiga genotipe yang lain menunjukkan tingkat kelayakan cukup tinggi sedangkan tingkat kelayakan Ringgit sebagai sumber gen ketahanan termasuk rendah.
Collections
- MT-Agronomy [35]