Show simple item record

dc.contributor.advisorMas’ud, Imam
dc.contributor.advisorAgus W, Wahyu
dc.contributor.authorBahri, Syefrica Wahyulia
dc.date.accessioned2016-01-27T02:29:33Z
dc.date.available2016-01-27T02:29:33Z
dc.date.issued2016-01-27
dc.identifier.nim070810301146
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/72453
dc.description.abstractLaporan keuangan merupakan sumber informasi yang digunakan baik oleh pihak internal maupun eksternal perusahaan untuk membuat keputusan-keputusan ekonomi.Kemampuan perusahaan untuk mengadakan pancatatan dengan benar merupakan salah satu aspek penting dalam penyusunan laporan keuangan karena pencatatan akuntansi adalah sebagai dasar dalam penyusunan laporan keuangan untuk setiap periode tertentu. Laporan keuangan yang akan digunakan oleh para pemilik perusahaan maupun pihak-pihak di luar perusahaan harus mengacu pada Standar Akuntansi Keuangan, yang merupakan pedoman dalam menilai, mancatat, serta menyajikan harta, kewajiban, dan modal yang dimiliki perusahaan. Muculnya konvergensi akuntansi internasional yang cenderung menggunakan pendekatan nilai wajar (fair value) sebagai dsar pengukuran dan pelaporan akuntansi menimbulkan perdebatan dalam beberapa tahun terakhir ini. Di Indonesia, hal ini dirasakan ketika Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) melansir rencana konvergensi standar akuntansi, sehingga diperlukan revisi menyeluruh terhadap PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) sesuai dengan IFRS (International Financial Reporting Standards). Salah satu masalah atau kendala terpenting yang mungkin dihadapi dalam penerapan IFRS mengharuskan banyak perusahaan atau entitas bisnis mengubah pengukuran serta pelaporan akuntansinya yang sebagian besar berdasarkan pada nilai historis (historical cost) menjadi pengukuran serta pelaporan berdasarkan nilai wajar (fair value). Semakin berkembang dan banyaknya usaha agrikultur, maka disusunlah suatu standar akuntansi baru yaitu IAS 41. Agrikultur didefenisikan sebagai manajemen dari tranformasi biologis tanaman dan hewan untuk menghasilkan produk yang siap dikonsumsi atau yang masih membutuhkan proses lebih lanjut. Sehingga penilaian dengan menggunakan nilai wajar harus mempertimbangkan keseimbangan antara manfaat dan biayanya. Kemudahan (simplicity) dalam perhitungan merupakan keuntungan utama dalam menerapkan nilai wajar dibandingkan penggunaan nilai historis. Namun hingga saat ini belum ada kesepakatan dalam literatur-literatur sebelumnya dalam hal apakah terjadi volatilitas yang abnormal dalam pendapatan dan laba, relevansi nilai, perataan pendapatan (income smoothing) serta terjadi peningkatan atau penurunan profitabilitas akibat penerapan nilai wajar. (Maruli dan Mita, 2010) Saat ini Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) sedang dalam proses mengadopsi IAS 41 tentang Akuntansi Agrikultur kedalam PSAK. Sehingga dalam penelitian ini, peneliti mengambil studi kasus pada MP Evans Group PLC yang telah mengaplikasikan konsep penilai aset biologi dengan pendekatan metode fair value untuk mengkaji bagaimana penyajiannya di dalam laporan keuangan dan seberapa besar pengruhnya terhadap laporan keuangan perusahaan.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.subjectLaporan Keuanganen_US
dc.subjectPenilaian Aset Biologien_US
dc.titleEVALUASI PENILAIAN ASET BIOLOGI dan PENGARUHNYA TERHADAP LAPORAN KEUANGANen_US
dc.typeUndergraduat Thesisen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record