ISOLASI SILIKON (Si) DARI FLY ASH BATUBARA DENGAN METODE METALOTERMIS MENGGUNAKAN REDUKTOR ALUMINIUM
Abstract
Silikon (Si) merupakan salah satu unsur kimia yang memiliki banyak manfaat
bagi kehidupan, salah satunya digunakan pada perangkat keras komputer dan industri
mikroelektrokimia. Silikon tidak ditemukan bebas di alam, tetapi muncul sebagian
besar sebagai oksida atau silika (SiO2). Silikon bisa diisolasi dari limbah fly ash (abu
terbang) yang merupakan sisa pembakaran batubara, dimana silika (SiO2) yang
terkandung dalam fly ash yaitu 30,25-36,83%. Proses isolasi diawali dengan ekstraksi
silika menggunakan NaOH dan HCl. Silikon diisolasi dengan metode metalotermis,
yaitu silika dicampur dengan reduktor logam aluminium dan dipanaskan dalam
furnace pada suhu dan waktu tertentu. Tujuan penelitian ini yaitu (1) menentukan
kondisi optimum isolasi silikon yang berupa suhu pemanasan; (2) menentukan kadar
silikon yang dihasilkan menggunakan metode ini; (3) membandingkan kemurnian
silikon hasil isolasi dari fly ash dan silika murni.
Penentuan kondisi optimum yang berupa suhu reaksi metalotermis dilakukan
terlebih dahulu, dimana silika p.a dan logam aluminium direkasikan di dalam furnace
selama 3 jam pada variasi suhu 650, 750 dan 850 oC. Produk samping metalotermis
yang berupa alumina dipisahkan dengan cara pengasaman, kemudian silikon hasil
metalotermis dianalisis dengan FTIR, AAS dan massa jenisnya. Sampel fly ash (abu
terbang) batubara dari PLTU Paiton-Probolinggo dipreparasi terlebih dahulu dengan
air panas dan dilakukan proses leaching menggunakan asam kuat. Tahap selanjutnya,
dilakukan ekstraksi silika dari fly ash menggunakan NaOH dan HCl. Silika yang
diperoleh diidentifikasi kemurniannya dengan metode gravimetri. Silikon diisolasi dari silika hasil ekstraksi dengan metode metalotermis menggunakan reduktor
aluminium di dalam furnace selama 3 jam pada suhu optimum yang diperoleh di
tahap pertama. Pemisahan alumina dan analisis silikon hasil metalotermis dilakukan
seperti pada tahap sebelumnya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa silikon hasil metalotermis 650, 750 dan
850 oC masing-masing berwarna abu-abu mengkilap, abu-abu dengan sedikit kilauan,
dan abu-abu hitam. Analisis FTIR menunjukkan adanya spektrum yang menunjukkan
vibrasi O-Si-O dan vibrasi Si–O–Si pada silikon hasil metalotermis 650 dan 750 oC,
sedangkan silikon hasil metalotermis pada suhu 850 oC sudah tidak terdapat spektrum
tersebut. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada 850 oC atom O pada silika telah
tereduksi sempurna, sehingga dapat ditentukan bahwa suhu optimum reaksi
metalotermis yaitu 850 oC. Kadar silikon hasil metalotermis 850 oC yaitu 20,7162%
dan massa jenisnya 2,064 g/cm3 (pada suhu kamar).
Silika yang berhasil diekstraksi dari fly ash yaitu sekitar 39,078-
47,58%,berwujud serbuk berwarna putih. Kadar silika berdasarkan analisis
gravimetric sebesar 29,057%. Silikon hasil metalotermis dari silika fly ash berwarna
abu-abu hitam, dimana warnanya mirip dengan silikon hasil metalotermis silika p.a
pada 850 oC. Analisis FTIR menunjukkan bahwa atom oksigen telah tereduksi
sempurna. Kadar silikon hasil metalotermis yaitu 19,5056% dan massa jenisnya 1,927
g/cm3 (pada suhu kamar). Kadar dan massa jenis silikon hasil metalotermis tersebut
lebih kecil dibandingkan silikon hasil metalotermis dari silika p.a pada 850 oC. Hal
ini disebabkan karena kadar silika hasil ekstraksi yang lebih rendah dan masih
terdapat pengotor pada silikon hasil metalotermis.