ANALISIS HUBUNGAN KONSTANTA DIELEKTRIK DENGAN REFLEKTANSI BEDAK WAJAH TERHADAP SINAR-UV BERDASARKAN TINGKATAN SPF (SUN PROTECTION FACTOR)
Abstract
Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki intensitas sinar matahari
yang tinggi. Salah satu sinar hasil pancaran sinar matahari adalah sinar-UV. Sinar ini
dapat bermanfaat bagi tubuh sebagai pensintesa vitamin D dan pembunuh bakteri.
Selain itu, sinar-UV dapat pula menimbulkan adanya efek negatif bagi tubuh seperti,
kulit terbakar matahari, photoaging, kerusakan pada DNA tubuh, dan kanker kulit.
Kulit pada dasarnya memiliki perlindungan alami terhadap radiasi sinar-UV tetapi
seringkali tidak mencukupi, sehingga dibutuhkan kosmetik yang mengandung tabir
surya sebagai pelindung buatan. Salah satu contohnya adalah bedak wajah dengan
kemampuan sebagai tabir surya yang dinyatakan dengan satuan SPF (Sun Protection
Factor). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan nilai konstanta
dielektrik dengan reflektansi (R) bedak wajah berdasarkan tingkatan SPF (Sun
Protection Factor) berkaitan dengan kemampuannya dalam melakukan perlindungan
terhadap radiasi sinar-UV. Nilai konstanta dielektrik dan reflektansi (R) tersebut
dapat menunjukkan karakteristik kemampuan setiap tingkatan SPF dalam melakukan
perlindungan terhadap radiasi sinar-UV.
Penelitian menggunakan dua set alat yaitu, alat pengukur nilai kapasitansi (C)
untuk penentuan nilai konstanta dielektrik ( ) dan alat pengukur nilai intensitas
refleksi (Ir) untuk penentuan nilai reflektansi (R) dari sampel bahan penelitian.
Sampel bahan penelitian terdiri dari tiga jenis bedak wajah dengan tingkatan nilai
SPF mulai dari non-SPF, SPF 15 dan SPF 25. Hasil pengolahan data penelitian menunjukkan bahwa tingkatan nilai SPF
yang semakin tinggi memiliki nilai reflektansi (R) yang semakin besar. Hal ini dapat
terlihat dari salah satu sampel sudut datang yaitu untuk sudut yang menghasilkan
nilai reflektansi sebesar 2,077; 3,000; dan 4,385, masing-masing untuk bedak wajah
dengan tingkatan non-SPF, SPF 15 dan SPF 25. Karakterisitik perubahan nilai
reflektansi (R) yang serupa ditunjukkan pula pada seluruh pengamatan sudut datang.
Nilai reflektansi (R) dari setiap sampel bahan penelitian tersebut berkaitan erat
dengan nilai indeks bias (n) bahan. Nilai indeks bias (n) dari sampel bahan penelitian
mulai dari tingkatan non-SPF, SPF 15, dan SPF 25 secara berurutan memiliki nilai
1,617; 1,721 dan 1,813. Nilai tersebut menunjukan bahwa nilai indeks bias (n) yang
semakin besar menghasilkan nilai reflektansi (R) yang semakin besar pula. Nilai-nilai
yang dihasilkan tersebut disebabkan oleh adanya komposisi bahan penyusun dari
bedak wajah yaitu, Titanium dioksida (TiO2) dan Zink Oksida (ZnO) yang memiliki
kemampuan sebagai tabir surya fisik. Sampel bahan penelitian dengan nilai SPF 15
dan SPF 25 memiliki nilai reflektansi dan indeks bias yang lebih besar dibandingkan
dengan bedak wajah non-SPF, karena keduanya mengandung bahan Titanium
dioksida (TiO2) yang tidak dimiliki oleh bedak wajah non-SPF. Selanjutnya, nilai
konstanta dielektrik ( ) dari penelitian menunjukan nilai yang sesuai dengan teori
yaitu nilai konstanta dielektrik ( ) akan sebanding dengan nilai indeks bias (n),
dimana nilai indeks bias (n) sendiri mempengaruhi nilai reflektansi (R) sampel bahan
penelitian. Nilai konstanta dielektrik ( ) untuk bedak wajah non-SPF, SPF 15 dan
SPF 25 secara berurutan adalah 1,622; 1,912; dan 2,170. Jadi, dapat diketahui bahwa
nilai reflektansi (R) yang semakin besar untuk tingkatan nilai SPF yang semakin
tinggi dipengaruhi oleh nilai konstanta dielektrik ( bahan yang semakin besar pula.
Nilai reflektansi (R) yang semakin besar tersebut menunjukkan adanya kemampuan
perlindungan terhadap radiasi sinar-UV yang semakin baik untuk tingkatan nilai SPF
yang semakin tinggi.