BUDAYA PESTA GILING PADA MASYARAKAT DI SEKITAR PABRIK GULA DJATIROTO DITINJAU DARI ASPEK SOSIAL EKONOMI
Abstract
Kebudayaan tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan masyarakat, karena
memang hubungan keduanya sangatlah erat. Setiap daerah biasanya memiliki
kebudayaan yang berbeda-beda, seperti halnya masyarakat desa Jatiroto yang telah
mengenal budaya “Pesta Giling”. “Pesta Giling” merupakan suatu acara perayaan
yang diadakan oleh Pabrik Gula Djatiroto dalam rangka mengawali proses giling
tebu atau produksi gula.
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan aspek sosial ekonomi
yang muncul sebagai dampak dari pesta giling.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Tempat penelitian ditentukan
dengan menggunakan metode Purposive Area yang dilaksanakan di pasar malam
(royalan) yang ada di desa Jatiroto selama perayaan pesta giling yang dilakukan oleh
PG Djatiroto. Subjek dalam penelitian ini adalah Pemilik pasar malam, beberapa
pedagang yang ada dalam pasar malam, serta masyarakat desa Jatiroto. Teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode observasi, wawancara,
dan dokumentasi. Analisis data dengan cara yaitu mereduksi data dengan cara
merangkum data-data yang penting, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Kegiatan Pesta Giling bukan hanya sebuah perayaan pesta yang dilakukan
untuk memperoleh hiburan dan kesenangan saja, tetapi juga menumbuhkan rasa
kekeluargaan yang terjadi antara karyawan PG, serta interaksi sosial pada masyarakat
sekitar. Dengan adanya Royalan, hubungan interaksi sosial antar warga semakin
terjalin, misalnya warga yang biasanya tidak pernah kumpul dan bertemu kemudian
dengan adanya acara pasar malam mereka bisa bertemu dan berinteraksi secara tidak
sengaja pada saat mereka menyaksikan hiburan di pasar malam, serta warga sekitar
viii
yang berjualan bisa berinteraksi dengan orang baru, yaitu dengan para pedagang atau
pegawai hiburan yang ada di pasar malam tersebut.
Berdasarkan analisis data yang diperoleh, maka disimpulkan bahwa Pasar
malam yang ada di Jatiroto merupakan wadah dimana terjalinnya interaksi sosial
yang muncul, antara lain adanya kerja sama antara pedagang dengan pemilik pasar
malam, pedagang dengan pedagang, dan pedagang dengan konsumen atau pembeli
yang merupakan masyarakat desa Jatiroto. Kerja sama dibangun untuk mencapai
tujuan bersama. Selain kerja sama ada juga persaingan yang terjadi antar sesama
pedagang. Para pedagang di pasar malam menganggap bahwa persaingan yang ada
merupakan persaingan dalam hal positif, dimana para pedagang bersaing untuk
memberikan barang dan pelayanan terbaik bagi konsumen. Dengan adanya pasar
malam, hubungan interaksi sosial antar warga juga semakin terjalin
Selain itu, adanya pasar malam juga dapat menimbulkan budaya berkonsumsi
pada masyarakat desa Jatiroto, karena banyaknya pedagang yang menjual berbagai
macam barang dagangan baik berupa makanan, mainan, pakaian, sandal, sepatu,
perlengkapan rumah tangga, dan sebagainya. Masyarakat yang tadinya tidak memiliki
keinginan untuk membeli, namun karena adanya berbagai macam barang yang dijual
dan menarik, akhirnya mereka memiliki keinginan untuk membeli, dari yang awalnya
tidak suka membeli akhirnya membeli.