Show simple item record

dc.contributor.advisorAsyiah, Iis Nur
dc.contributor.advisorHariani, Sulifah Aprilya
dc.contributor.authorROSDIYANTI, VANY RESTI
dc.date.accessioned2016-01-25T08:46:26Z
dc.date.available2016-01-25T08:46:26Z
dc.date.issued2016-01-25
dc.identifier.nim100210103045
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/72277
dc.description.abstractKeanekaragaman hayati di Indonesia termasuk dalam golongan tertinggi di dunia, baik flora maupun fauna. Indonesia memiliki jenis flora yang diperkirakan berjumlah sebanyak 25.000 jenis atau lebih dari 10% dari flora dunia dan dari jumlah tersebut sebagian besar mempunyai potensi untuk dimanfaatkan sebagai tumbuhan industri, buah-buahan, rempah-rempah dan obat-obatan. Informasi lain menyebutkan lebih dari 30.000 sampai 40.000 jenis tumbuhan obat yang tersebar dari Aceh sampai Papua bahkan tumbuhan laut banyak yang berfungsi sebagai obat. Pemanfaatan tumbuhan dalam pengobatan penyakit merupakan kegiatan turun-temurun yang telah dipraktekkan oleh berbagai suku di Indonesia. Tumbuhan obat umumnya digunakan dalam pengobatan tradisonal dan sarana dalam upacara adat kebudayaan. Tumbuhan sebagai obat-obatan tradisional merupakan tumbuhan yang diakui dan dipercaya masyarakat. Baik masyarakat tradisional dan modern hingga kini masih banyak yang menggunakan obat tradisional yang bersumber dari alam (back to nature). Kemajuan teknologi secara tidak langsung telah merubah pola hidup manusia. Seperti halnya pada masyarakat tradisional yang sebelumnya hidup berdampingan dengan alam lingkungannya, dengan adanya kemajuan teknologi akan merubah pola hidup tradisionalnya. Dengan adanya kemajuan teknologi dan modernsasi budaya dapat menyebabkan hilangnya pengetahuan tradisional yang dimiliki oleh masyarakat. Masyarakat Using masih mewarisi dan menjaga warisan leluhurnya dengan tetap memanfaatkan tumbuhan sebagai obat untuk pengobatan penyakit dalam. Penelitian ini dilakukan di desa Kemiren dan Olehsari, kecamatan Glagah serta di desa Jambesari dan Grogol di kecamatan Giri dengan jumlah responden yaitu 30 orang. Metode yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dan metode penelitian kuantitatif. Teknik sampling yang digunakan yaitu Purposive Sampling dan Snowball Sampling dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara semistuctured menggunakan tipe pertanyaan open-ended. Analisis data dengan analisis Use Value untuk menunjukkan tumbuhan yang dianggap paling penting oleh masyarakat Using kabupaten Banyuwangi sebagai obat penyakit dalam. Diperoleh 72 spesies tumbuhan dari 37 famili yang digunakan sebagai obat penyakit dalam oleh masyarakat Using di Banyuwangi. Berdasarkan hasil nilai Use Value dan Informant Concencus Factor tertinggi diperoleh Alpukat (Persea americana Mill) untuk tekanan darah tinggi, Kunyit (Curcuma domestica Val.) untuk tekanan darah tinggi, diare dan batuk, Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) untuk batuk pada anak dan batuk pada orang dewasa, Pepaya (Carica papaya Linn) untuk sembelit, Jeruk nipis (Citrus aurantifolia (Christm&Panz.) Swingle)) untuk tekanan darah tinggi, diare dan batuk, Asam (Tamarindus indica L.) untuk diare, Ketela pohon (Manihot esculenta Crantz) untuk Tekanan Darah Rendah, Mentimun (Cucumis sativus L.) untuk Tekanan Darah Tinggi dan Jambu biji (Psidium guajava L.) untuk Diare.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.subjectStudi etnobotani tumbuhanen_US
dc.subjecttumbuhan obat penyakit dalamen_US
dc.subjectmasyarakat usingen_US
dc.titleSTUDI ETNOBOTANI TUMBUHAN YANG BERPOTENSI SEBAGAI OBAT PENYAKIT DALAM OLEH MASYARAKAT USING DI KABUPATEN BANYUWANGIen_US
dc.typeUndergraduat Thesisen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record