dc.description.abstract | Indonesia sangat kaya dengan berbagai jenis spesies flora. Diantaranya adalah bawang putih. Selain sebagai bumbu masak juga dipercaya sebagai tanaman obat tradisional yang menyembuhkan berbagai macam penyakit. Berdasarkan pengalaman, bawang putih sering dijadikan ramuan obat penyakit Tuberculosa (TB). Penelitian ini dilakukan secara eksperimen menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Untuk mengetahui apakah ada pengaruh ekstrak bawang putih (Allium sativum L.) terhadap pertumbuhan Mycobacterium tuberculosis maka data yang diperoleh dianalisis dengan dengan ANOVA. Selanjutnya untuk mengetahui adanya perbedaan pengaruh ekstrak bawang putih terhadap Mycobaterium tuberculosis maka dilanjutkan dengan Uji Dunnett. Dengan menggunakan 11 perlakuan dengan satu kontrol 4 kali ulangan. Mycobaterium tuberculosis ditanam pada medium middlebrook 7H9 broth dengan berbagai variasi konsentrasi mulai dari 0% (Kontrol), 10%,....100% ekstrak bawang putih kemudian dilihat ada tidaknya pertumbuhan bakteri yang diindikasikan dengan bertambahkan kekeruhan pada mediumnya. Adanya kekeruhan menunjukkan bahwa bahan antimikroba dalam hal ini ekstrak bawang putih tidak menghambat pertumbuhan bakteri. Sebaliknya bila tidak terjadi kekeruhan dalam medium, ini menunjukkan terjadi penghambatan pertumbuhan Mycobacterium tuberculosis oleh ekstrak bawang putih. Pengukuran tingkat kekeruhan dilakukan dengan menggunakan alat turbiditimeter. Pengambilan data setiap empat hari sekali selama 32 hari. Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) dapat ditentukan dengan menentukan konsentrasi terendah dimana tidak ada pertambahan kekeruhan dari awalnya. Dari basil tes diperoleh bahwa terdapat pengaruh daya antimikroba ekstrak bawang putih (Allium sativum L.) terhadap pertumbuhan Mycobacterium tuberculosis. Sedangkan Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) dari ekstrak bawang putih yang mampu menghambat pertumbuhan Mycobacterium tuberculosis tersebut adalah 40%. | en_US |