ASPEK SOSIAL NOVEL MEMANG JODOH KARYA MARAH RUSLI
Abstract
Memang Jodoh merupakan salah satu naskah Roman dan autobiografi Marah Rusli seorang sastrawan yang dilahirkan di Padang Sumatera Barat pada 7 Agustus 1889. Secara umum, novel Memang Jodoh menceritakan tentang kehidupan sosial Minangkabau, khususnya Padang. Novel ini juga menceritakan tentang perjodohan yang disebabkan oleh adat-istiadat perkawinan di Padang. Kehidupan sosial yang ditekankan dalam novel ini sangat berkaitan dengan tokoh utama melalui interaksi dan komunikasi dengan masyarakat disekitarnya. Hal itu, sangat menarik penulis untuk mengkaji melalui teori sosiologi dengan cakupan aspek sosial.
Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) mendeskripsikan keterkaitan novel Memang Jodoh karya Marah Rusli; (2) mendeskripsikan aspek sosial yang terdapat dalam novel Memang Jodoh karya Marah Rusli. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai tambahan wawasan dan pengetahuan dalam mengembangkan kreativitas seseorang tentang nilai-nilai sosial yang terkandung dalam sebuah karya sastra.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, melalui beberapa tahapan yaitu pengumpulan data, analisis data dan perumusan hasil. Data diperoleh melalui studi pustaka yang berupa buku-buku yang terkait dengan objek penelitian. Data analisis menggunakan pendekatan struktural dan aspek sosial.
Tema mayor yang terdapat dalam novel Memang Jodoh karya Marah Rusli adalah pertentangan adat perkawinan akan menimbulkan perselisihan. Tema minor dalam novel ini adalah seorang yang melanggar adat perkawinan akan dikucilkan, jodoh adalah takdir Tuhan, memegang teguh adat istiadat. Tokoh Hamli memiliki watak datar dan tokoh-tokoh bawahan lainnya memiliki watak datar dan bulat. Latar tempat di antaranya yaitu di sekolah Raja Bukit-Tinggi, Padang dan Bogor. Latar
Waktu meliputi siang hari, pagi hari dan sore hari. Secara sosiologis latar sosial dalam novel ini menunjukkan latar sosial adat istiadat masyarakat Padang menurut garis keturunan ibu (matrilineal) yang harus dijalankan dan tidak boleh dilanggar oleh masyarakatnya. Konflik eksternal dialami oleh Hamli dengan Siti Anjani, Siti Anjani dengan Fatimah, Din Wati dengan Dian, Din Wati dengan Paman Hamli, Hamli dengan Masyarakat Padang, dan Hamli dengan keluarganya serta ketika masyarakat Blitar tertimpa musibah letusan Gunung Kelud. Konflik internal dialami Ayah dan Ibu Hamli serta Hamli dan Din Wati.
Aspek sosial dalam dalam novel Memang Jodoh karya Marah Rusli terdiri atas empat hal, yaitu struktur sosial, proses sosial, perubahan sosial dan masalah sosial. Struktur sosial meliputi norma sosial, lembaga sosial dan lapisan sosial. Norma sosial yang ada dalam masyarakat Minangkabau khususnya Padang adalah norma adat, tatakelakuan dan kebiasaan. Norma adat masyarakat Padang yaitu adat perkawinan yang tidak memperbolehkan masyarakatnya menikah di luar suku. Norma kebiasaan yaitu murid-murid sekolah raja Bukit-Tinggi yang sudah lulus harus memberikan barang-barangnya kepada murid yang masih tinggal di sekolah Raja. Lembaga sosial adalah lembaga keluarga dan lembaga pendidikan. Lembaga keluarga masyarakat Padang berdasarkan garis keturunan pihak perempuan (matrilineal) yang didasarkan atas pertalian darah atau ikatan dari sejumlah orang atau kerabat. Masyarakat Padang terbagi ke dalam tiga lapisan sosial yaitu lapisan bangsawan, orang biasa dan lapisan terendah (para budak).
Proses sosial berbentuk kerja sama, pertentangan dan akomodasi. Kerja sama dilakukan oleh Hamli, Sultan Dompu dan keponakan Sultan Dompu; Hamli dan kepala Jawatan pertanian Bogor; Hamli dan kepala pertanian Belanda; Hamli dan kepala pertanian Semarang; Radin Asmaya, Din Wati dan Mpok Nur; serta Khatijah dan Kalsum. Pertentangan dilakukan oleh Hamli, ibu dan ayah Hamli; Radin Asmawati (Din Wati) dan keluarganya. Akomodasi dilakukan oleh Hamli, Ratu Maimunah dan penghulu sebagai mediator.
Perubahan sosial yang terjadi merupakan perubahan sosial yang dialami oleh Siti Anjani dan perubahan yang tidak dikehendaki oleh Hamli. Salah satu penyebab terjadinya perubahan sosial yaitu migrasi, perpindahan Hamli dari Sumbawa, Blitar, Jakarta, Bima dan Semarang.
Masalah sosial yang terdapat dalam novel Memang Jodoh karya Marah Rusli adalah masalah kemiskinan, kejahatan dan disorganisasi keluarga. Kemiskinan yang dialami masyarakat Sumbawa yang hidup di daerah terpencil. Kejahatan dilakukan oleh Datuk Sati terhadap Din wati. Disorganisasi keluarga dialami oleh Hamli dan keluarganya.