SIKAP ISRAEL PADA MASA PEMERINTAHAN PERDANA MENTERI BENJAMIN NETANYAHU TERHADAP PROGRAM NUKLIR IRAN
Abstract
Benjamin Netanyahu terpilih sebagaiPerdanaMenteri Israel pada tahun 2009.
Dibawah pemerintahannya, Israel lebih memprioritaskan isu-isu yang berkaitan
dengan keamanan negara. Netanyahu pun dengan tegas langsung menunjuk program
Nuklir Iran yang berpotensi disalahgunakan untuk kepentingan militer dan
mengancam eksistensi Israel di Timur Tengah. Israel selalu menuding bahwa Iran
mengembangkan program nuklirnya untuk membuat senjata pemusnah massal.Di
bawah kepemimpinan PerdanaMenteri Benjamin Netanyahu, Israel terus
memperingatkan Iran dan menghimbaunegara-negara lain untuk menghentikan
program Nuklir Iran tersebut. Netanyahu bahkan menekankan bahwa diplomasi yang
dilakukan tidak akan berguna untuk membuat Iran menghentikan program nuklirnya.
Satu-satunya cara adalah dengan memusnahkan situs-situs nuklir Iran dengan
kekuatan militer. Dari latar belakang tersebut akan dibahas satu permasalahan, yaitu
mengapa Israel memilih opsi ancaman aksi militer terhadap program Nuklir Iran.
Dalam meneliti permasalahan tersebut, penulis menggunakan beberapa
konsep, diantaranya konsep Politik Luar Negeri, konsep Keamanan Nasional, dan
konsep Offense-Defense. Konsep Politik Luar Negeri digunakan untuk menganalisa
faktor-faktor yang mempengaruhi negara dalam mengambil keputusan, sedangkan
konsep Keamanan Nasional menjelaskan bahwa negara memprioritaskan keamanan
wilayahnya untuk memelihara eksistesi negara tersebut dalam dunia internasional,
dan konsep Offense-Defense menjelaskan cara yang digunakan negara untuk
mempertahankan keamanan wilayahnya dari berbagai ancaman yang membahayakan
keutuhan negara.
Politik luar negeri yang agresif yang dinyatakanoleh Benjamin Netanyahu
dipengaruhiolehsejarahIsrael. Sejarah menyatakan bahwa sejak Israel
memproklamirkan kemerdekaannya tahun 1948, Israel selalu terlibat dalam konflik
dengan wilayah tetangganya yang menolak mengakui kemerdekaan Israel tersebut,
konflik antarnegara maupun dengan kelompok-kelompok anti Israel terus dihadapi
Israel hingga detik ini. Kenyataan seperti itu membuat Israel memang harus
memfokuskan keamanan negaranya sebagai kebijakan utamanya. Hal ini juga
diperkuat doktrin politikdan militer Israel, dukungan Partai koalisi pemerintah
pimpinan Netanyahu, dan latar belakang Netanyahu yang memiliki pengalaman
militer sejak muda
Tudingan Israel serta banyak negara seperti Amerika Serikat, Inggris, Jerman,
Perancis dan negara-negara Eropa lainnya dibantah oleh Iran. Iran di bawah
pemerintahan Presiden Ahmadinejad menegaskan bahwa progaram nuklir yang
mereka jalankan murni untuk memenuhi kebutuhan energi dan keperluan ilmu
pengetahuan dan teknologi dalam negeri Iran sendiri. Ahmadinejad bahkan balik
menyatakan Israel sebagai pemilik senjata nuklir sesungguhnya dan mengajak banyak
negara untuk menghentikan pendudukan Israel atas Palestina. Ia bahkan menyatakan
bahwa Israel harus dihapuskan dari peta dunia saat ia berpidato di depan Sidang
Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Iran juga mendukung aksi-aksi
Hamas dan Hizbullah yang ingin membebaskan Palestina dari penjajahan Israel.
Keengganan Iran untuk menghentikan program nuklirnya membuat Israel
merasa semakin khawatir. Selain pengaruh Iran yang semakin besar, Iran juga kerap
memberikan bantuan dana dan senjata bagi kelompok-kelompok penentang Israel
seperti Hamas dan Hizbullah. Iran juga semakin meningkatkan kemampuan
militernya seiring dengan ancaman-ancaman yang dikeluarkan Israel, dan
mempersiapkan diri untuk menghadapi perang. Berbagai pertimbangan inilah yang
membuat Netanyahu semakin agresif untuk merencanakan serangan militer atas Iran.
Ia bahkan menegaskan tidak akan meminta bantuan Amerika Serikat untuk
menggempur Iran.Netanyahu juga lebih mengutamakan serangan pendahuluan ke
Iran sebelum Iran menyempurnakan teknologi nuklirnya.