PENGARUH PEMBERIAN KITOSAN CANGKANG UDANG PUTIH (Penaeus merguiensis) TERHADAP KETEBALAN TRABEKULAR FEMUR TIKUS WISTAR BETINA PASCA OVARIEKTOMI
Abstract
Osteoporosis merupakan salah satu penyakit degeneratif dengan angka kejadian
cukup tinggi di Indonesia, ditandai dengan keadaan massa tulang yang rendah dan
perubahan mikroarsitektur jaringan tulang yang mengakibatkan peningkatan fragilitas
tulang dengan risiko terjadinya peningkatan fraktur tulang (Sondakh et al., 2001).
Selain pertambahan umur, salah satu faktor risiko terjadinya osteoporosis adalah jenis
kelamin. Wanita yang mengalami osteoporosis berisiko mengalami fraktur dua kali
lebih besar dibandingkan pria pada usia yang sama (Sudoyo et al., 2009). Data Perosi
(Depkes, 2008) menyatakan bahwa prevalensi osteoporosis wanita Indonesia
mengalami peningkatan dari 23% menjadi 53%. Angka ini cukup tinggi
dibandingkan negara lain di kawasan Asia. Berdasarkan data Sistem Informasi
Rumah Sakit (Depkes, 2009) insiden fraktur tulang femur proksimal akibat
osteoporosis tercatat sekitar 200/100.000 kasus pada wanita dan pria di atas usia 40
tahun. Hal ini sesuai dalam jurnal penelitian Masyita (2014) yang menyatakan bahwa
faktor penting yang memicu terjadinya osteoporosis adalah defisiensi estrogen yang
terjadi pada wanita menopause dan trabekular pada daerah metafisis tulang panjang
merupakan daerah kedua setelah korpus vertebra yang dipengaruhi oleh efek pascaovariektomi
berupa defisiensi estrogen pada tulang.
Udang merupakan salah satu komoditas ekspor yang memiliki nilai ekonomi
tinggi Food and Agriculture Organization United Nation (Holthuis, 1980) menyatakan Indonesia sebagai negara dengan hasil tangkapan udang putih (Peneaus
mergueinsis) terbanyak di seluruh dunia dengan hasil tangkapan sejumlah 65.230 ton
setiap tahunnya. Selain itu, produksi udang putih di Indonesia meningkat sebesar
7,4% per tahun dan sampai saat ini limbah produksi udang yang berupa cangkang
masih belum dimanfaatkan secara maksimal sehingga menyebabkan pencemaran
lingkungan (Kurniasih dan Kartika, 2011; Sularsih dan Soeprijanto, 2012).
Cangkang udang dapat diolah untuk pembuatan kitin yang dapat diproses lebih lanjut
menghasilkan kitosan (Kurniasih dan Kartika, 2011). Kitosan merupakan hasil
deasetilasi kitin yang berasal dari cangkang kulit udang. Kitosan memiliki efek
penyembuhan yang cepat bagi jaringan dan berpengaruh terhadap remodelling tulang
(Sularsih dan Soeprijanto, 2012).
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kitosan cangkang
udang putih (Penaeus merguiensis) terhadap ketebalan trabekular femur tikus wistar
betina pasca ovariektomi. Penelitian ini merupakan penelitian Quasi Experimental
Laboratories yang dilaksanakan di laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran
Universitas Jember, laboratorium Anatomi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Jember, laboratorium Kimia Dasar FMIPA Universitas Jember, laboratorium Patologi
Anatomi RSUD Soebandi Jember dan laboratorium Biomedik Fakultas Farmasi
Universitas Jember. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Post Test Only
Control Group Design. Sampel penelitian yang digunakan sejumlah 15 tikus Wistar
betina sehat dengan berat ± 150-250 gram dan berusia ± 3 bulan. Hewan coba terbagi
menjadi 3 kelompok, yaitu kelompok kontrol (K) yang hanya diberikan makan dan
aquades, kelompok kontrol negatif (K-) diovariektomi dan tanpa pemberian kitosan,
dan kelompok perlakuan (P) diovariektomi dan diberikan kitosan 0,05g/hari. Setelah
14 hari perlakuan selanjutnya dilakukan euthanasia, preparasi jaringan dan
pengukuran ketebalan trabekular pada tulang femur tikus. Variabel bebas penelitian
ini adalah kitosan cangkang udang putih (Penaeus merguiensis), variabel terikat
yaitu peningkatan ketebalan trabekular tulang femur tikus wistar betina dan variabel
terkendali yaitu kriteria sampel, cara pemberian kitosan dan dosis kitosan.
Collections
- UT-Faculty of Medical [1487]