PENGARUH PEMBERIAN GEL DOKSISIKLIN TERHADAP JUMLAH FIBROBLAS PADA PROSES PENYEMBUHAN DERMATITIS PAEDERUS AKIBAT RACUN TOMCAT (Paederus sp.) PADA MENCIT (Mus musculus)
Abstract
Kumbang Tomcat (Paederus sp.) merupakan salah satu serangga yang
dapat menyebabkan kerusakan bahkan kematian jaringan kulit atau dermonekrosis
karena racun yang dikandungnya. Racun itu disebut dengan racun pederin.
Penelitian terbaru membuktikan bahwa racun pederin berasal dari hasil simbiosis
antara kumbang tomcat dengan bakteri Pseudomonas aeruginosa yang
mengandung enzim matriks metalloproteinase (MMP). MMP inilah yang mampu
mendegradasi matriks ekstraseluler kulit. Penyakit akibat iritasi racun pederin
disebut dengan dermatitis paederus yang mempunyai gejala berupa eritema, rasa
gatal, dan melepuh pada kulit yang terkena racun. Dermatitis paederus akan
mengalami proses penyembuhan seperti luka pada umumnya yang terdiri dari tiga
fase, yakni fase inflamasi, fase proliferasi, dan fase remodeling. Sel yang khas
pada fase proliferasi adalah sel fibroblas yang mampu memproduksi matriks
ekstraseluler. Adanya MMP yang mampu mendegradasi matriks ekstraseluler
menyebabkan proses penyembuhan menjadi terganggu.
Doksisiklin merupakasn salah satu obat yang bersifat MMP inhibtor selain
fungsinya sebagai antibiotik. Di pasaran, obat ini tersedia dalam sediaan kapsul
100 mg. Karena pengobatan penyakit kulit umumnya menggunakan obat topikal
sehingga peneliti tercetus ide untuk membat doksisiklin dalam sediaan topikal
yakni dalam bentuk gel. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan
adanya pengaruh gel doksisiklin terhadap proses penyembuhan dermatitis
paederus dengan melihat perubahan jumlah fibroblas sebagai salah satu indikator
penyembuhan luka. Penelitian ini dilakukan secara quasi experimental laboratories dengan
rancangan post test only control group. Hewan coba yang digunakan berupa
mencit sebanyak 40 ekor, dibagi menjadi 4 kelompok yakni kelompok kontrol
normal, kontrol negatif, kelompok perlakuan A yang diberikan gel doksisiklin
dengan konsentrasi 1%, dan kelompok perlakuan B yang diberi gel doksisiklin
dengan konsentrasi 5%. Kelompok dibagi lagi menjadi 5 sub kelompok
berdasarkan lama pemberian gel doksisiklin dan hari pengamatan, yakni
pengamatan hari ke-1, ke-3, ke-5, ke-7, dan ke-15 setelah proses induksi racun.
Induksi racun dilakukan dengan meneteskan ekstrak racun pederin sebanyak 500
ul kemudian dioleskan secara meratapada daerah cukuran. Proses ekstraksi racun
menggunakan metode maserasi dengan pelarut aquades. Data diperoleh melalui
penghitungan sel fibroblas pada sediaan histopatologi kulit menggunakan
pewarnaan Haematoxylin-eosin dan dilanjutkan menggunakan software imageJ.
Pada penelitian ini didapatkan rerata jumlah fibroblas per lapang pandang
pada hari ke-1 sebanyak 8,42 pada kelompok kontrol normal; 4,67; 6,67; 8,00
berturut-turut pada kelompok kontrol negatif, perlakuan A, dan perlakuan B.
Sebanyak 8,83; 6,33; 7,33; 7,50 pada pengamatan hari ke-3, 7,92; 9,17; 14,58;
22,67 pada pengamatan hari ke-5, 8,00; 15,67; 20,92; 22,58 pada pengamatan hari
ke-7, dan 8,00; 10,25; 15,17; 11,33 pada pengamatan hari ke-15. Hasil uji
normalitas dan homogenitas didapatkan nilai p>0,05 pada semua hari pengamatan
kecuali hari ke-3. Data dengan distribusi normal dan homogen kemudian
dianalisis menggunakan uji anova dan didapatkan nilai p lebih besar dari 0,05
yang menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan.
Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh pemberian gel
doksisiklin terhadap jumlah fibroblas pada proses penyembuhan dermatitis
paederus akibat racun kumbang tomcat pada mencit. Konsentrasi gel doksisiklin
yang menunjukkan hasil lebih baik adalah 5%.
Collections
- UT-Faculty of Medical [1487]