dc.description.abstract | Tuberkulosis (TB) hingga saat ini masih merupakan penyakit dengan jumlah
kasus yang sangat besar. Berdasarkan Global Tuberculosis Report 2013 diperkirakan
8,6 juta penduduk dunia terinfeksi TB dan 1,3 juta diantaranya meninggal. Dari data
tersebut, Asia Tenggara menyumbang 29% kasus TB di dunia. Persentase ini
merupakan persentase penyumbang kasus TB tertinggi di dunia. Sementara itu,
Indonesia menempati urutan ketiga dalam jumlah kasus TB terbesar setelah India dan
Cina. Hal ini menunjukkan bahwa TB masih menjadi masalah serius di Indonesia.
TB adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis. Gejala klinik yang sering menyertai TB berupa gejala respiratorik dan
gejala sistemik. Ketika M. tuberculosis masuk ke paru-paru akan terjadi proses
inflamasi akibat kontaknya bakteri dengan sistem imun tubuh. Proses inflamasi akan
memicu produksi sitokin proinflamasi sehingga menyebabkan peningkatan resting
energy expenditure dan penurunan sintesis mRNA asam amino penyusun molekul
albumin. Selain itu, infeksi M. tuberculosis meningkatkan kadar leptin sehingga akan
menurunkan asupan makanan khususnya protein. Kedua hal inilah yang
menyebabkan penurunan kadar albumin darah. Penurunan kadar albumin
menyebabkan transport OAT (Obat Anti Tuberkulosis) menuju target kerja menjadi
terganggu khususnya obat fase intensif. Konsep solusi yang bisa diterapkan adalah
pemberian kapsul ekstrak ikan gabus sehingga penulis berinisiatif untuk menjadikan
kapsul ekstrak ikan gabus menjadi terapi pendamping TB paru. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pengaruh kapsul ekstrak ikan gabus terhadap kenaikan
kadar albumin pada pasien TB pengobatan fase intensif.
Jenis desain penelitian yang digunakan adalah quasy experimental dengan
pretest posttest control group dengan menggunakan 30 subjek penelitian yang terbagi
dalam 2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Rincian dari
kedua kelompok tersebut yaitu kelompok kontrol adalah kelompok yang diberikan
OAT & placebo kapsul 500 mg berisi tepung terigu sedangkan kelompok perlakuan
adalah kelompok yang diberikan OAT & kapsul 500 mg ekstrak ikan gabus.
Pemberian kapsul ekstrak ikan gabus dilakukan selama 1 bulan. Pada awal penelitian
akan dilakukan pemeriksaan screening berupa pemeriksaan SGOT, SGPT, dan
proteinuria. Kemudian, saat awal dan akhir penelitian subjek penelitian akan diambil
darahnya untuk keperluan pemeriksaan albumin plasma. Data diperoleh dari
pengukuran kadar albumin plasma dengan menggunakan metode Bromcresol Green
(BCG). Analisis data yag digunakan yaitu Shapiro-Wilk untuk menguji normalitas
data, dilanjutkan dengan analisis Paired T Test, dan Independent T Test. Apabila uji
normalitas data tidak didapatkan hasil yang signifikan, dapat dilanjutkan dengan uji
Wilcoxon dan uji Mann Whitney.
Pada penelitian ini didapatkan nilai kenaikan kadar albumin plasma pada
kelompok kontrol sebesar 0,52 g/dL. Sementara itu, nilai kenaikan kadar albumin
plasma pada kelompok perlakuan sebesaar 1,10 g/dL. Hasil uji Paired T Test
didapatkan nilai signifikansi sebesar 0,000 (p ≤ 0,005) untuk kelompok kontrol dan
0,000 (p ≤ 0,005) untuk kelompok perlakuan. Selanjutnya, untuk hasil analisis uji
Independent T Test kenaikan kadar albumin plasma didapatkan nilai signifikansi
sebesar 0,001 (p ≤ 0,005). Penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian kapsul
ekstrak ikan gabus sebagai terapi pendamping mampu mempengaruhi kenaikan kadar
albumin plasma pada pasien TB paru pengobatan fase intensif yang dibuktikan
dengan nilai kenaikan kadar albumin plasma pada kelompok perlakuan lebih tinggi
jika dibandingkan dengan kelompok kontrol. | en_US |