dc.description.abstract | Berdasarkan kurikulum 2013 untuk jenjang pendidikan menengah kelas X
(pada sekolah terpilih), pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dilaksanakan
dengan berbasis teks. Pembelajaran berbasis teks tersebut dituangkan dalam empat
rumusan kompetensi, salah satunya yakni kompetensi keterampilan. Pada kompetensi
keterampilan, pembelajaran difokuskan pada kegiatan menginterpretasi makna,
memproduksi, menyunting, mengabstraksi, dan mengonversi suatu teks ke dalam
bentuk yang lain sesuai dengan struktur dan kaidah teks baik secara lisan maupun
tulisan.
Berdasarkan uraian tersebut, pembelajaran teks anekdot yang menjadi titik
tekan dalam penelitian ini yakni pembelajaran mengonversi teks anekdot ke dalam
naskah drama. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi pada tahap prasiklus
dengan guru bidang studi Bahasa Indonesia di kelas X IPS 1 SMA Negeri 2 Jember,
kemampuan peserta didik dalam mengonversi teks anekdot ke dalam naskah drama
dapat disimpulkan masih rendah. Rendahnya kemampuan ini dapat diketahui dari
nilai rata-rata kelas yang masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), yakni
73,28 dan dari 29 peserta didik yang mencapai KKM (> 80) hanya berjumlah 9
peserta didik. Untuk mengatasi rendahnya kemampuan peserta didik pada
pembelajaran tersebut, maka diberikan solusi dengan menerapkan metode Petra.
Rumusan masalah dalam penelitian ini yakni Bagaimanakah proses penerapan
metode Petra dalam meningkatkan kemampuan mengonversi teks anekdot ke dalam
naskah drama pada peserta didik di kelas X IPS 1 SMAN 2 Jember dan
Bagaimanakah hasil peningkatan kemampuan mengonversi teks anekdot ke dalam naskah drama pada peserta didik di kelas X IPS 1 SMAN 2 Jember setelah diterapkan
metode Petra. Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan proses penerapan
metode Petra dalam meningkatkan kemampuan mengonversi teks anekdot ke dalam
naskah drama pada peserta didik di kelas X IPS 1 SMAN 2 Jember dan hasil
peningkatan kemampuan mengonversi teks anekdot ke dalam naskah drama pada
peserta didik di kelas X IPS 1 SMAN 2 Jember setelah diterapkan metode Petra.
Proses penerapan metode Petra untuk meningkatkan pembelajaran
mengonversi teks anekdot ke dalam naskah drama, dibagi ke dalam enam tahap,
sebagai berikut: (1) tahap informasi, (2) tahap perencanaan, (3) tahap pengambilan
keputusan, (4) tahap pelaksanaan, (5) tahap penilaian, dan (6) tahap umpan balik.
Tahap-tahap tersebut dapat berjalan dengan lancar dan menunjukkan adanya
peningkatan kemampuan mengonversi teks anekdot ke dalam naskah drama. Hal ini
dapat dilihat dari hasil belajar peserta didik atau nilai rata-rata kelas. Jika pada
prasiklus nilai rata-rata kelas 73,28, pada siklus I meningkat menjadi 79,55, dan pada
siklus II menjadi 90,41. Selain itu, ketuntasan belajar peserta didik juga mengalami
peningkatan. Pada prasiklus, jumlah peserta didik yang mencapai ketuntasan belajar
sebanyak 9 peserta didik (31%) dan 20 peserta didik (69%) masih belum tuntas. Pada
siklus I meningkat menjadi 17 peserta didik (58,6%) tuntas dan 12 peserta didik
(41,4%) belum tuntas. Kemudian, pada siklus II meningkat menjadi 29 peserta didik
atau 100% mencapai ketuntasan belajar. Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan
bahwa penelitian mengenai penerapan metode Petra dapat meningkatkan kemampuan
mengonversi teks anekdot.
Saran dalam penelitian ini, yakni: (a) bagi peserta didik, disarankan untuk
lebih aktif berlatih menggunakan metode petra, misalnya untuk keperluan lomba
maupun tugas sekolah yang berkaitan dengan kegiatan menulis naskah drama; (b)
bagi guru, disarankan untuk menerapkan metode tersebut pada pembelajaran menulis
naskah drama; dan (c) bagi peneliti selanjutnya, disarankan menindak lanjuti hasil
penelitian ini dengan mengkaji lebih dalam lagi tentang penggunaaan kriteria-kriteria
dalam menulis naskah drama menggunakan metode petra. | en_US |