PENGARUH Pseudomonas fluorescens DAN Bacillus subtilis TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR Phytophthora palmivora PENYEBAB PENYAKIT BUSUK BUAH KAKAO
Abstract
Penyakit busuk buah disebabkan oleh jamur Phytophthora palmivora adalah
salah satu penyakit penting pada tanaman kakao. Sampai saat ini jamur patogen
penyebab penyakit busuk buah kakao tersebut masih merupakan masalah krusial yang
belum bisa dituntaskan. Jamur P.palmivora penyebab penyakit busuk buah kakao
merupakan jamur dari kelas Oomycetes yang memiliki ciri-ciri morfologi miselium
panjang dan berwarna putih dengan spora berbentuk seperti buah pir (Drenth &
Sendall, 2001: 134). Alternatif agensia hayati lain yang dapat dikembangkan sebagai
biofungisida pengendali busuk buah kakao (Phytophthora palmivora) adalah bakteri
Pseudomonas fluorescens dan Bacillus subtilis. Pseudomonas fluorescens dapat
menghasilkan beberapa metabolit sekunder berupa zat antibiotik seperti phenazine,
pyrrolnitrin dan pseudomonic acid telah dilaporkan oleh peneliti-peniliti luar negeri
dan terbukti efektif dalam menghambat mikriba patogen (Oedjijono, 1994: 38). Isolat
Bacillus subtilis dari tanah juga diketahui dapat menghasilkan antibiotik dan antifungi
seperti: subtilin, aterimin, basitrasin, subtilosin, mycobacillin, subsporin, ituirin,
Cerexin, surfactin, bacillomycin, bacilysin, asam 10 sianida, fengymycin dan
bacilysocin (Katz and Demain, 1977: 449-474).
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Pusat Penelitian Kopi dan
Kakao Indonesia dan Laboratorium Mikrobiologi Fakultas MIPA Universitas Jember
mulai bulan Agustus sampai Oktober 2011, merupakan penelitian in vitro dengan
menggunakan metode dua titik. Jamur Phytophthora palmivora yang merupakan
jamur patogen penyebab busuk buah kakao diisolasi sendiri dari buah yang terserang penyakit busuk buah. Penelitian dilakukan dengan cara menaman terlebih dahulu
jamur P.palmivora pada media PDA cawan petri, setelah jamur P.palmivora tumbuh
mencapai fase optimum barulah bekteri antagonis diletakkan pada sisi yang
berlawanan dengan jarak 3 cm dari pinggir cawan, selanjutnya diinkubasi pada suhu
kamar selama (± 10 hari), lalu dilakukan pengukuran persentase penghambatan
pertumbuhan dan besar zona bening setiap harinya(Maria, 2004: 68; Sulistyanto dkk.,
2002: 146-148). Rancangan penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap
(RAL) dengan 3 kali ulangan. Analisis data dengan One-Way ANOVA menggunakan
SPSS, dan untuk menguji perbedaan diantara semua pasangan perlakuan dilanjutkan
dengan uji BNT 5%.
Data hasil penelitian persentase penghambatan bakteri antagonis
Pseudomonas fluorescens dan Bacillus subtilis terhadap pertumbuhan jamur
Phytophthora palmivora menunjukkan bahwa kedua bakteri tersebut menghambat
pertumbuhan jamur Phytophthora palmivora. Persentase penghambatan oleh
Pseudomonas fluorescens dan Bacillus subtilis tidak berbeda nyata berdasarkan hasil
uji beda nyata terkecil (BNT 5%). Sedangkan berdasarkan uji BNT 5% besar zona
bening menunjukkan bahwa zona bening yang dibentuk oleh bakteri Bacillus subtilis
lebih besar daripada Pseudomonas fluorescens.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Pseudomonas
fluorescens dan Bacillus subtilis mampu menghambat pertumbuhan jamur
Phytophthora palmivora penyebab penyakit busuk buah kakao dangan tigkat
efektifitas yang sama. Namun berdasarkan uji statistik besar zona bening B.subtilis
memiliki zona bening yang lebih besar daripada P.fluorescens, hal ini dikarenakan zat
antibiotik yang dihasilkan oleh B.subtilis lebih banyak dan lebih peka terhadap
pertumbuhan jamur P.palmivora yaitu aterimin dan basitasin.