Show simple item record

dc.contributor.authorRINA SUSILOWATI
dc.date.accessioned2013-07-19T02:35:35Z
dc.date.available2013-07-19T02:35:35Z
dc.date.issued2013-07-19
dc.identifier.nimNIM070210103102
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/699
dc.description.abstractSabun merupakan alat pembersih yang baik yang telah lama digunakan orang, karena dapat menghilangkan kotoran-kotoran seperti debu, bakteri, dan sisa metabolisme atau keringat, sehingga dapat mencegah infeksi pada kulit. Nilai yang tertinggi dari sabun sebagai pembersih ialah kesanggupannya untuk melarutkan dan menghilangkan kotoran (Lubis, 2003). Sabun antibakteri seperti triclosan mengandung zat antiseptik yang dapat membunuh kuman. Penggunaan yang terlalu sering dan berlebihan dapat membunuh flora normal kulit yang sebenarnya merupakan salah satu perlindungan kulit, misalnya terhadap infeksi jamur. Berbagai jenis penyakit yang menyerang tubuh manusia, didapatkan mulai dari ujung rambut sampai kaki serta didalam tubuhnya. Hampir semua bagian tubuh manusia diserang oleh mikroba patogen yang menyebabkan banyak jenis penyakit (Suriawira, 1986:210). Semua orang mengetahui bahwa banyak penyakit disebabkan oleh partikel kecil yang selama bertahun-tahun disebut mikroba, bakteri, virus dan akhir-akhir ini disebut mikroorganisme. Salah satu mikroorganisme yang termasuk dalam bakteri yang sering menyebabkan penyakit adalah Staphylococcus aureusdan Streptococcus pyogenes. Staphylococcus aureus menyebabkan peradangan pada kulit atas dan menimbulkan bisul yang bernanah pada kulit (Cahyani, 2010). Staphylococcus aureus juga menyebabkan bermacam-macam infeksi seperti jerawat, meningitis, osteomielitis pada manusia dan hewan (Supardi dan Sukamto, 1999). Bakteri Streptococcus pyogenes termasuk bakteri Gram positif dan merupakan penyebab infeksi. Streptococcus pyogenes ialah bakteri anaerob fakultatif yang produksi utamanya adalah asam laktat (Muhaimin et al., 2003). Bakteri Streptococcus pyogenesadalah penyebab banyak penyakit penting pada manusia yang berkisar dari infeksi kulit permukaan yang ringan hingga penyakit sistemik yang mengancam hidup. Infeksi khasnya bermula di tenggorokan atau kulit (Asmil, 2011). Penelitian yang dilakukan oleh Loho dan Utami menunjukkan hasil uji efektivitas triclosan1% dengan menggunakan suspensi kuman secara in vitro, tampak bahwa antiseptik ini efektif terhadap S.aureus, E faecalis, dan E.coli. Triclosan1% tidak efektif terhadap P.aeruginosa(Loho dan Utami, 2007). Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas Jember. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode difusi agar dengan sumuran, dengan kontrol positif tetrasiklin 0,01% dan kontrol negatif aquades steril. Konsentrasi yang digunakan yaitu 1%, 2%, 3%, 4%, 5%, 6%, 7%, 8%, 9% dan 10%, untuk menentukan KHM menggunakan konsentrasi yang berbeda yaitu 0,1%, 0,25%, 0,5%, 0,75%, 1% dan 2%. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 kali pengulangan. Analisis data dengan uji Anova untuk mengetahui pengaruh sabun terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Streptococcus pyogenes, untuk menguji perbedaan antara setiap perlakuan dilanjutkan uji Duncan dengan α=0,05 menggunakan SPSS 16. Berdasarkan hasil penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa Konsentrasi Hambatan Minimum (KHM) sabun A yang dapat menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus yaitu 1%, sedangkan konsentrasi hambat minimum sabun A yang dapat menghambat pertumbuhan Streptococcus pyogenes yaitu 1%. Konsentrasi hambat minimum sabun B yang dapat menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus yaitu 2%, sedangkan konsentrasi hambat minimum sabun B yang dapat menghambat pertumbuhan Streptococcus pyogenes yaitu 1%. Konsentrasi hambat minimum sabun C yang dapat menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus yaitu 0,25%, sedangkan konsentrasi hambat minimum sabun C yang dapat menghambat pertumbuhan Streptococcus pyogenes yaitu 1%. Berdasarkan hasil analisis Anova menunjukkan bahwa nilai signifikan sebesar 0,000<0,05, hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan sabun A, B dan C terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Streptococcus pyogenes. Kesimpulan dari hasil analisis dan pembahasan adalah sabun mandi A, B dan C efektif dalam mengahambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Streptococcus pyogenes. Hal ini ditandai dengan zona bening yang terbentuk di sekitar sumuran. Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) sabun A terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureusadalah pada konsentrasi 0,5% dan Streptococcus pyogenes pada konsentrasi 0,5%, sabun B terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus adalah pada konsentrasi 1% dan Streptococcus pyogenes pada konsentrasi 0,5%, sedangkan KHM sabun C terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureusadalah pada konsentrasi 0,1% dan Streptococcus pyogenes pada konsentrasi 0,5%. Dan terdapat perbedaan daya hambat sabun A, sabun B dan sabun C terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureusdan Streptococcus pyogenes.en_US
dc.language.isootheren_US
dc.relation.ispartofseries070210103102;
dc.subjectSABUN MANDI, BAKTERI Staphylococcus aureus DAN Streptococcus pyogenesen_US
dc.titleEFEKTIVITAS BERBAGAI MERK SABUN MANDI TERHADAP BAKTERI Staphylococcus aureus DAN Streptococcus pyogenesen_US
dc.typeOtheren_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

Show simple item record