PENGEMBANGAN BIOSENSOR POLIFENOL BERBASIS POLIFENOL OKSIDASE (PPO) DAN 3-METIL-2- BENZOTHIOZOLINONHIDRAZON (MBTH) UNTUK DETEKSI POLIFENOL PADA PRODUK MINUMAN KOPI
Abstract
Kopi tidak hanya menjadi minuman favorit tapi juga sebagai komoditas
ekspor ekonomi utama di dunia setelah minyak bumi. Indonesia salah satunya,
merupakan negara penghasil kopi keempat di dunia setelah Brazil, Kolombia, dan
Vietnam. Selain sebagai minuman sehari-hari yang memiliki banyak manfaat, kopi
dapat menjadi sumber senyawa fenolik (polifenol). Berdasarkan studi epidemiologi,
mengkonsumsi sedikitnya tiga cangkir kopi per hari dapat menurunkan resiko
penyakit diabetes tipe, parkinson, dan hipertensi khususnya pada wanita.
Polifenol pada kopi hampir seluruhnya merupakan asam klorogenat dan efek
biologis yang ditimbulkan dari meminum kopi bergantung pada metabolisme dan
katabolisme asam klorogenat. Meskipun tidak memiliki nilai gizi tinggi, polifenol
memiliki peran penting terhadap kesehatan karena aktivitas antioksidan yang
dimiliki. Penetapan aktivitas antioksidan dari polifenol dapat dilakukan dengan
berbagai metode yang didasarkan pada kemampuan polifenol untuk mengurangi
aktivitas radikal bebas. Dua metode yang paling sering digunakan adalah dengan
radikal 1,1-diphenyl-2-pycrylhydrazyl (DPPH·) dan penentuan fenol total (Total
Phenolic Content) menggunakan spektrofotometri UV-Vis. Namun, beberapa metode
tersebut membutuhkan preparasi yang rumit dan peralatan yang sangat mahal
sehingga diperlukan metode lain yang lebih sederhana, murah, dan memiliki
sensitivitas tinggi terhadap polifenol seperti penggunaan biosensor.
Tujuan penelitian ini adalah pengembangan metode biosensor polifenol
untuk mendeteksi polifenol pada sampel kopi. Tahapan penelitian yang dilakukan
adalah fabrikasi biosensor polifenol, karekterisasi biosensor polifenol, dan pembandingan metode biosensor dengan metode spektrofotometri UV-Vis. Kondisi
analisis yang dioptimasi meliputi optimasi konsentrasi reagen MBTH, optimasi
volume reagen, dan optimasi perbandingan volume reagen. Tahapan karakterisasi
biosensor meliputi penetapan waktu respon, uji linieritas, penentuan sensitivitas, uji
selektivitas, penentuan batas deteksi dan batas kuantitasi, uji presisi, uji akurasi, dan
penentuan waktu pakai biosensor.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa biosensor polifenol menunjukkan
perubahan warna dari berwarna putih menjadi merah. Kondisi optimum untuk
analisis ini antara lain konsentrasi reagen MBTH sebesar 12 mg/mL. Volume reagen
(enzim PPO 500 unit/mL dan MBTH) total sebesar 14 μL dengan perbandingan 1:1.
Karakterisasi biosensor polifenol mengasilkan waktu respon pada 13-17 menit, uji
linieritas memberikan hasil analisis yang linier dengan koefisien korelasi (r) =
0,9961, nilai Vx0 = 4,648 %, dan nilai sensitivitas sebesar 0,1119; biosensor
polifenol peka dengan batas deteksi = 20,217 μg dan batas kuantitasi = 67,391 μg;
selektif karena dengan adanya bahan pengganggu (gula dan susu) tidak memberikan
pengaruh yang bermakna terhadap ketersediaan asam klorogenat pada kopi; presis
dengan nilai RSD pada kopi arabika dan robusta berturut-turut adalah sebesar 1,246
% dan 2,663 % dengan konsentrasi asam klorogenat pada kopi arabika dan robusta
masing-masing secara berurutan sebesar 144,652 ppm CAE dan 99,103 ppm CAE;
akurat dengan nilai rata-rata perolehan kembali untuk kopi arabika dan robusta
berturut-turut sebesar 101,406 % dan 101,154 %; dan stabil pada penyimpanan
dengan suhu freezer (-20) – 0 ºC) selama 10 hari. Hasil konsentrasi asam klorogenat
yang didapat dari metode biosensor terkarakterisasi kemudian dibandingkan dengan
metode Spektrofotometri UV-Vis dan menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan
yang bermakna antara konsentrasi asam klorogenat yang diperoleh dari metode biosensor polifenol dan metode Spektrofotometri UV-Vis.
Collections
- UT-Faculty of Pharmacy [1483]