Hubungan Antara Konsumsi Makanan dan Status Gizi dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia (Studi di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Wuluhan Kabupaten Jember)
Abstract
Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang sering terjadi pada lansia. Berdasarkan data (Riskesdas) tahun 2013, prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 25,8%. Hipertensi di Indonesia merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis, mencapai 6,7% dari populasi kematian pada semua umur. Hipertensi belum diketahui penyebabnya secara pasti, namun ada beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan tekanan darah, yaitu konsumsi tinggi natrium, tinggi lemak jenuh, dan rendah serat, serta status gizi berlebih.
Tujuan penelitian ini untuk menganalisis hubungan antara konsumsi makanan dan status gizi dengan kejadian hipertensi di Posyandu Lansia wilayah kerja Puskesmas Wuluhan Kabupaten Jember pada tahun 2015. Jenis penelitian ini analitik observasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 321 orang lansia dengan mengambil besar sampel sebanyak 71 responden. Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan Uji statistik Cramer Coeficient C. Penelitian ini dilakukan di posyandu lansia pada bulan Juli-Agustus 2015. Terdapat dua variabel dalam penelitian ini, yaitu variabel bebas yang meliputi: karakteristik lansia (umur, jenis kelamin, pendidikan, pengetahuan, pendapatan, pekerjaan, dan genetik), status gizi, tingkat dan pola konsumsi natrium, serat, lemak jenuh serta variabel terikat: hipertensi pada lansia.
Hasil analisa univariat menunjukkan bahwa distribusi responden berdasarkan karakteristik lansia yaitu usia 60-70 tahun sebesar 80,3%, berjenis kelamin perempuan sebesar 91,5%, memiliki pendidikan dasar sebesar 97,2%, memiliki pengetahuan sedang sebesar 49,3%, memiliki tingkat pendapatan ≤ UMK Kabupaten Jember sebesar 84,5%, status pekerjaan sebagai petani sebesar 62%, dan tidak ada riwayat keluarga dengan hipertensi sebesar 70,4%. Tekanan darah responden mayoritas berada pada kategori hipertensi berat sebesar 39,4%. Status gizi responden mayoritas berada pada kategori lebih sebesar 49,4%. Tingkat konsumsi natrium responden lebih dari 2400 mg/hari sebesar 59,2%, tingkat konsumsi serat responden kurang dari 25 gram/hari sebesar 80,3%, dan tingkat konsumsi lemak jenuh responden lebih dari 8% kebutuhan energi total sebesar 63,4%. Hasil analisa bivariat menggunakan Uji Cramer Coeficient C menunjukkan ada hubungan antara tingkat pengetahuan, status gizi kategori lebih, tingkat konsumsi natrium > 2400 mg/hari, serat < 25 gram/hari, dan lemak jenuh ≥ 8% kebutuhan energi total dengan kejadian hipertensi pada lansia.
Saran yang dapat diberikan kepada Puskesmas Wuluhan yaitu dengan melakukan penyuluhan tentang makanan yang diperlukan dan harus dibatasi untuk dikonsumsi oleh lansia secara berkala di kelompok lansia (pengajian), melakukan advokasi kepada kepala desa tiap wilayah untuk kembali mengaktifkan kader posyandu lansia yang sudah tidak aktif agar lansia yang lainnya sama mendapatkan pemeriksaan kesehatan, dan mendemonstrasikan makanan yang sehat bagi lansia. Bagi masyarakat khususnya lansia, yaitu dengan mengonsumsi makanan sumber kalium dan sumber antioksidan yang bermanfaat bagi kesehatan, melakukan pemeriksaan rutin minimal 1 kali seminggu untuk melihat tekanan darah lansia, meskipun tidak ada keluhan di fasilitas kesehatan terdekat, dan membiasakan dengan pola hidup yang sehat. Bagi peneliti selanjutnya dapat menjadikan penelitian ini sebagai acuan, melakukan penelitian dengan variabel zat gizi makro, penyakit infeksi, dan faktor risiko hipertensi yang dapat diubah seperti merokok dan tingkat stress, serta melakukan penelitian dengan pemberian perlakuan (experiment) dengan DASH diet (Dietary of Approaches To Stop Hypertension) bagi penderita hipertensi.
Collections
- UT-Faculty of Public Health [2227]