Show simple item record

dc.contributor.advisorWibisono, Bambang
dc.contributor.advisorSubaharianto, Andang
dc.contributor.authorUGI LESTARI, NENCY
dc.date.accessioned2015-12-23T08:08:27Z
dc.date.available2015-12-23T08:08:27Z
dc.date.issued2015
dc.identifier.urihttp://repository.unej.ac.id/handle/123456789/68654
dc.description.abstractBahasa politik adalah bahasa yang digunakan oleh kelompok tertentu untuk dan demi kepentingan  kekuasaan. Pembicaraan tentang politik adalah pembicaraan tentang kekuasaan, pengaruh, dan otoritas. Politisi menggunakan bahasa bukan hanya untuk menyatakan pendapat, melainkan juga untuk menyembunyikan pikiran, intervensi, provokasi, dan sebagainya. Bahasa dan kekuasaan merupakan dua aspek yang berkaitan. Seseorang menggunakan bahasa untuk mendapatkan kekuasaan. Namun, orang yang memiliki kekuasaan juga dapat mempengaruhi bahasa. Dengan nama kuasa, dengan mudah seseorang yang memiliki kekuasaan mempengaruhi massa untuk mengikuti dan menggunakan bahasa tersebut. Sidang Paripura anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (yang seterusnya disingkat DPR RI) merupakan salah satu objek yang tepat untuk mengetahui bahasa politik Indonesia, dengan meneliti diksi dan gaya bahasa yang digunakan. Data penelitian berupa tuturan yang dikemukakan oleh anggota dewan pada saat Sidang Paripurna. Analisis data menggunakan metode padan dengan pendekatan konstekstual. Selanjutnya, diperkuat dengan menggunakan Analisis Wacana Kritis (yang seterusnya disingkat AWK). Hasil penelitian menunjukkan diksi yang digunakan anggota dewan dalam Sidang Paripurna, meliputi pilihan kata yang bermakna denotatif, konotatif, polisemi dan sinonimi. Gaya bahasa yang digunakan adalah gaya bahasa eufemisme, erotesis, koreksi, oksimoron, resmi, klimaks, repetisi, personifikasi, dan sindiran. Anggota DPR sering saling tuduh dan saling tuding dengan menggunakan gaya bahasa sindiran, untuk maksud mementingkan kepentingan individu dengan mengatasanamakan kepentingan rakyat. Mereka berusaha menyembunyikan kepentingan politik dengan gaya bahasa eufemisme. Anggota dewan atau fraksi yang memiliki kekuasaan tertinggi akan mendominasi keputusan.en_US
dc.language.isoiden_US
dc.publisherUNEJ PRESSen_US
dc.relation.ispartofseriesARTIKEL ILMIAH MAHASISWA;
dc.subjectbahasa politiken_US
dc.subjectanggota dewanen_US
dc.subjectanalisis wacana kritisen_US
dc.subjectdiksien_US
dc.subjectgaya bahasa.en_US
dc.titleDIKSI DAN GAYA BAHASA ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERIODE 2014–2019 DICTION AND STYLE OF LANGUAGE BY THE LEGISLATURE OF THE REPUBLIC INDONESIA 2014–2019 PERIODen_US
dc.typeArticleen_US


Files in this item

Thumbnail

This item appears in the following Collection(s)

  • SRA-Humanities [343]
    Koleksi Artikel Hasil Penelitian Mahasiswa S1 Bidang Humaniora / Sastra (F Sastra)

Show simple item record