PERBEDAAN INDEKS GLIKEMIK PADA NASI PUTIH (Oryza sativa), UBI CILEMBU (Ipomoea batatas cultivar cilembu) dan UBI UNGU (Ipomoea batatas cultivar ayumurasaki)
Abstract
Indeks glikemik adalah ukuran kecepatan makanan diserap menjadi glukosa darah. Konsep penggolongan makanan berdasarkan indeks glikemik memiliki beberapa manfaat, salah satunya adalah sebagai acuan untuk memilih bahan makanan yang tepat sesuai dengan kebutuhan gizi seseorang. Nasi putih merupakan makanan sumber karbohidrat terbesar masyarakat Indonesia. Nasi putih memiliki kandungan karbohidrat yang tinggi sehingga cocok dijadikan sebagai sumber energi. Selain nasi, umbi-umbian merupakan bahan makanan pokok untuk sebagian masyarakat Indonesia. Salah satu ubi yang sering dijadikan sebagai bahan makanan pokok adalah ubi jalar. Ubi jalar mempunyai keunggulan dan keuntungan bagi masyarakat Indonesia, yaitu ubi jalar mudah diproduksi, kandungan kalori yang cukup tinggi, cara penyajian hidangan yang mudah, dapat berfungsi sebagai substitusi dan suplementasi makanan sumber karbohidrat nasi putih, rasa tekstur yang sangat beragam dan mengandung vitamin dan mineral yang cukup tinggi sehingga dapat dikelompokkan sebagai bahan makanan sehat. Varietas ubi jalar yang cukup terkenal adalah ubi jalar varietas cilembu dan ubi jalar ungu. Makanan yang tinggi karbohidrat dapat dijadikan sebagai makanan pokok, tetapi adanya kandungan karbohidrat yang tinggi tidak dapat dijadikan acuan apakah makanan tersebut memberikan gizi yang cukup atau dapat mengatasi masalah gizi yang ada. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui indeks glikemik nasi putih, ubi cilembu dan ubi ungu agar dapat nantinya dapat diklasifikasikan dan menjadi data baru untuk acuan pemilihan bahan makanan.Jenis penelitian ini adalah eksperimental klinis dengan rancangan penelitian the pre and post test design. Penelitian dilakukan di Laboratorium Bioscience RSGM Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember. Penelitian ini dilakukan pada 10 responden yang diminta untuk berpuasa 10-12 jam sebelum mengkonsumsi bahan makanan uji untuk diambil sampel darah puasa. Bahan makanan uji yang diberikan adalah nasi putih, ubi cilembu dan ubi ungu. Bahan makanan uji diganti tiap 7 hari sekali. Setelah bahan makanan uji telah habis dikonsumsi, subyek diambil sampel darahnya pada menit ke 15, 30, 60 dan 120. Dari kadar glukosa darah yang didapat, dihitung indeks glikemik setiap subyek dari semua bahan makanan uji. Analisis data menggunakan uji normalitas Shapiro-Wilk dan uji homogenitas Levene test serta dilanjutkan dengan uji parametrik One-Way Anova dengan uji post hoc LSD.
Analisis data menggunakan uji normalitas Shapiro-Wilk menunjukkan data terdistribusi normal dan uji homogenitas Levene test menunjukkan data homogen. Hasil penelitian menunjukkan indeks glikemik nasi putih adalah 72,89, ubi cilembu 65,74 dan ubi ungu 62,56. Uji One-Way Anova menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan (p<0,05) pada indeks glikemik nasi putih terhadap ubi cilembu dan ubi ungu serta tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p>0,05) antara indeks glikemik ubi cilembu dan ubi ungu.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah indeks glikemik tertinggi dari ketiga bahan makanan uji adalah nasi putih, diikuti ubi cilembu dan ubi ungu. Berdasarkan klasifikasi indeks glikemik, nasi putih memiliki indeks glikemik tinggi, sedangkan ubi cilembu dan ubi ungu termasuk ke dalam makanan dengan indeks glikemik sedang. Hal ini diduga dipengaruhi oleh cara memasak, kandungan serat pada makanan dan kandungan amilosa serta amilopektin. Saran dari penelitian ini, diantaranya perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai indeks glikemik ubi jalar dengan cara masak yang berbeda, metode pengambilan sampel darah vena sebagai pengganti sampel darah kapiler, adanya penggalian informasi lebih lanjut mengenai zat-zat mikro yang terkandung dalam nasi putih, ubi cilembu dan ubi ungu, serta peran GLUT terhadap absorpsi glukosa.
Collections
- UT-Faculty of Dentistry [2062]