ANALISIS POSISI PRODUK SEBAGAI DASAR PERUMUSAN STRATEGI PEMASARAN PADA PT PANAHMAS DWITAMA DISTRINDO JEMBER
Abstract
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui tingkat pertumbuhan produk perusahaan dan tingkat pertumbuhan pasar pada tahun 2001; mengetahui pangsa pasar relatif dan pangsa pasar masing-masing jenis produk pada tahun 2001; mengelompokkan dan memetakan tiap jenis produk dalam matriks Boston Consulting Group; merumuskan strategi pemasaran yang sesuai / cocok bagi perusahaan berdasarkan hasil analisis Boston Consulting Group (BCG); membuat rencana-rencana kegiatan guna membantu penerapan strategi pemasaran. Dimana Analisis Boston Consulting Group (BCG) adalah sebuah model analisis untuk memetakan produk perusahaan berdasarkan tingkat pertumbuhan pasar dan pangsa pasar relatif terhadap unit-unit bisnis yang berbeda dalam perusahaan. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret tahun 2001 dengan obyek penelitian PT Panahmas Dwitama Distrindo Jember.
Rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Prosedur pengambilan data menggunakan metode interview dan dokumentasi. Sedangkan untuk metode analisis data digunakan trend garis lengkung atau trend non-linear dengan metode trend kuadratik dan pemetaan matriks Boston Consulting Group (BCG).
Hasil analisis Boston Consulting Group (BCG) yang diterapkan pada empat produk susu Bendera; yaitu susu kental manis (SKM) dan susu bubuk lanjutan (powder infant 123) berada pada posisi "Question Mark", susu bubuk biasa (powder mainstream) berada pada posisi "Cash Cow" dan susu cair (liquid milk) berada pada posisi "Star". Berdasarkan pada hasil analisis Boston Consulting Group (BCG) maka perusahaan seyogyanya menerapkan strategi kombinasi (combination strategy) dari Glueck.
Perlu diingat bahwa analisis BCG ini amat sederhana, mudah diterapkan baik dilihat dari data maupun konsep. Kelebihan kesederhanaan yang dimiliki sekaligus juga menunjukkan kelemahan dari matriks BCG. Bagaimana mungkin kompleksitas lingkungan bisnis hanya diukur oleh satu variabel saja yaitu pertumbuhan pasar. Demikian pula variabel internal perusahaan. Kekuatan dan kelamahan perusahaan juga diukur dengan satu indikator saja yaitu pangsa pasar relatif. Pengukuran ini dinilai distortif, terlalu menyederhanakan persoalan.